Sabtu, 11 Maret 2017

"NOVEL "SYAHADAT"BAG 3


BAGIAN 3
Ikhtilaf

Kabut sebentar mampir, ia pergi setelah matahari bersinar dahan, daun, dan ranting pohon tertunduk dingin oleh embun yang yang menyelimutinya semalam. Mulai mengangkat dirinya setelah sinar matahari mengeringkanya, segar dan membuat alam menjadi sejuk. Begitu pula lalu lalang warga berbaris seperti kerumunan semut, berduyung-duyung berjalan tanpa alas kaki menggendong barang-barang yang ada di pinggangnya. Berisi hasil panen kemarin sore, dinginya pagi tak membuat mereka menutup diri dengan selimut tebal di rumah mereka.
Mereka menapaki meter per meter jalan yang rapi tertata paving berkelok-kelok memutari desa, menuju perempatan di mana mobil-mobil pickup menunggu mereka dan membawa mereka ke pasar kota. Desa Farhan   berada di pinggiran kota semarang, desa itu begitu nyaman ketika di kunjungi, namun kenyamanan itu sudah barang tentu ada karena kondisi alam pegunungan yang masih terjaga.

Namun berbeda dengan kondisi spiritual dan pengetahuan agama yang ada di sana masih minim, masyarakatnya masih awam dan masih banyak menggunakan ritual-ritual adat lama, keguyuban di sana juga di warnai fanatisme begitu tinggi, juga egoisitas seorang tokoh begitu menonjolkan dirinya sebagai sosok tokoh masyarakat yang ingin selalu di segani dan selalu ingin berada didepan. Ia adalah kiyai masjid di desanya, Ialah kakek keluarga Evida yang elit dan mewah, yang mendirikan bangunan masjid itu dari bantuan pemerintah, maklum selain keluarganya kaya raya, salah satu anggota keluarga yaitu ayah Evida  adalah satu-satunya pemuda di desa yang bisa kuliah dan lulus dari kampus, yang kemudian menjadi salah satu tokoh politik dan ketua ORMAS yang  di anggap radikal. Ayah Evida seorang yang cerdas dan merupakan tokoh agama di jemaahnya, yang juga kontraktor sukses di kota semarang.

Farhan hanyalah bagian terkecil dari kampungnya, pemuda kampung yang berusaha mengikuti perkembangan luar, ia di kuliahkan ayahnya di salah satu universitas swasta Islam di kota semarang. Pemuda yang sejajarnya di kampung tidak seberuntung dirinya banyak di antara warga yang belum mampu menguliahkan anak-anak mereka. Karena kesadaran pendidikan sebatas tingkatan SD dan maksimum SMP, itupun Perlu pemaksaan dan usaha keras dari aparat desa karena warga kami lebih suka jadi pekerja di kota sebagai kuli bangunan dan sebagain menggarap lahan di hutan. Yang lulus SMP pun lebih memilih kerja di pabrik. Untuk urusan keagamaan cenderung didominasi oleh keluarga Evida.

         Sedang untuk urusan adat, di desanya sangat kental di percayakan kepada kakeknya, seorang tokoh masyarakat yang sangat di tuakan, beliau adalah almarhum kakek Farhan yang cenderung membiarkan adat istiadat tetap berlangsung di masyarakat, kakeknya dulu adalah pejabat desa dengan latar belakang jawanya yang melekat, sangat menghormati keyakinan warganya yang masih sulit untuk menerapkan syariat Islam dan masih enggan belajar agama Islam.

Banyak warganya yang masih belum mau melaksanakan sholat, karena sebagian warga desa umumnya abangan dan menutup diri. Namun beliau tidak menyerah, beliau mengajarkan Islam kepada warganya dengan mengakrabi dengan bahasa-bahasa ketauhidan yang ringan, dengan santun tanpa memaksakan, namun cenderung merubah kebiasaan masyarakat dengan cara halus dan kalem, kesabaranya sangat di akui warganya. Hingga sampai sekarang urusan adat dan keagamaan masyarakat mempercayakanya kepada keluarga Farhan dan keluarga Evida sampai sekarang sudah turun temurun dan di lanjutkan oleh ayahnya dan ayah Evida .

 Antara ayahnya dan ayah Evida  berbeda jauh, ayahnya berasal dari keluarga sederhana, sedang ayah Evida  dari keluarga kaya dan tuan tanah di desa. Sebenarnya mereka berdua di masa sekolah adalah dua sahabat yang akrab, keakraban mereka teputus selepas mereka lulus dari sekolahan aliyah yang sama. Setelah aliyah ayah Evida  melanjutkan kuliah, sedang ayahnya meneruskan pendidikanya ke pesantren di Jawa Timur.

Desanya mulai berkembang,sekarang sudah banyak warganya yang sadar akan pentingnya endidikan. Selain ayah Evida yang sarjana juga ada sebagian pemudanya yang sudah pergi mondok di pesantren-pesantren di wilayah jawa tengah. Juga samapi ke luar propinsi, di Jawa Timur salah satunya. Ayah Farhan biasa di panggil H. Rosyid, sepulang dari pondok beliau menikah dengan seorang putri cantik dari keluarga pengusaha kecil dari kudus yang kebetulan mondok juga di pondoknya, ya itulah ibunya.

Setelah menikah beliau berdua membeli sebidang tanah untuk membuka usaha toko dan foto copyan di dekat sebuah kampus di semarang. Setelah 1 tahun menikah ayahnya kemudian pergi haji bersama ibunya, tepat saat Farhan masih 3 bulan dalam kandungan.

 Perbedaan itu tidak tau siapa yang memulai duluan, perbedaan yang sebenarnya hanya khilafiah furuiyah dalam agama yang kini melahirkan fanatisme yang berlebihan.
Sebenarnya ayahnya dulunya berangkat ke pesantren, berawal dari kejanggalanya ketika ia mengamalkan ilmu yang di turunkan kakeknya kepadanya. Hingga akhirnya kejanggalan itu terjawab ketika suatu hari beliau di datangi seseorang yang mengaku pernah nyantri di Jawa Timur namanya kang Abdul Rochim. Dalam pertemuan singkat ayahnya di uji oleh orang tersebut.
Sehabis magrib, ayahnya duduk di kursi depan halaman rumah di bawah pohon durian yang besar beliau terlihat was-was dan gundah, beberapa saat kemudia seseorang memasuki halaman rumah.
Orang asing pembawa pesan .
“Assalamualaikum warohmatulloh” . ucap orang itu.
Ayahnya Rosyid,waalaikum salam warohmatullohmonggo silahkan masuk”.
“Iya terima kasih kang, jawab tamu itu. Setelah masuk dan duduk ayahnya bertanya“Maaf panjenengan sinten?
Tamu,saya Abdul rohim, rumah saya desa sebelah, apakah anda kang Rosyid?.
Iya benar, saya rosyid, ada keperluan apa bapak dengan saya?.
Sebelumnya saya ingin ucapakan saya silaturrahmi dan kedua saya ingin minta tolong ke njenengan.
Rosyid, iya pak, apa yang bisa saya bantu.
Tamu, begini pak saya sebenarnya sakit, dan gak tahu sakit apa yang saya derita, kalau siang saya terasa kedinginan, kalau malam saya kepanasan.
Rosyid, owwsudah lama pak sakitnya?
Tamu, lumayan lama.
 Kemudian Ayahnya memegang tanganya, dan memejamkan mata. Mulutnya seperti membaca sesuatu, mukanya lama-lama memerah seperti merasakan panas yang amat panas, seperti api yang membakar, dan beberapa saat kemudian ia terlempar dan lepas dari genggaman orang itu.
Tamu, Mas anda tidak papa?
Rosyid hanya diam saja, dan langsung memegang keduan tangan tamu itu dan bertanya, pak anda tidak sakit, kan? dan apa maksud dan tujuan bapak ke saya, mohon petunjuknya?.
Tamu, Wahai rosyid, engkau sebenarnya sudah mengetahui apa yang selama ini terjadi dalam dirimu, engkau merasa janggal atas apa yang engkau alami ini, terutama amalan yang di turunkan dan di wariskan kakekmu juga ayahmu kepadamu.
Rosyid sedikit kaget dengan apa yang di sampaikan Tamu itu dan bertanya lalu apa yang harus saya lakukan?.
Tamu, Mas Rosyid masih muda, sebelum semua mendarah daging dalam dirimu, bila engkau yakin dengannya dan menerima tawarannya, silahkan. kalo tidak gak masalah baginya, saya hanya bertugas mengingatkanmu.
Rosyid, iya, saya yakin dengan apa yang bapak katakan tawaran apa yang bapak ingin berikan kepada saya? saya siap menerimanya.
Tamu, sebenarnya ilmu yang di wariskan kepadamu dari kakek dan ayahmu tidak salah, tapi juga kurang sempurna adanya.
Rosid, lantas apa yang sebenarnya?
Tamu, sebenarnya semua ilmu adalah hak Allah, menyembuhkan, mengobati, semua milik Allah, dan engkau belum memahami itu, wadahmu besar untuk menerima ilmu lebih dari itu yang lebih haq dan akan di sempurnakan dengan ajaran Islam, namun tidak semua yang kau dapat hari ini, semua harus di di tinggalkan ataupun di musnahkan, namun perlu di benahi kang.
Rosyid, bagaimana caranya?
Tamu, Butuh proses, semua yang di wariskan ayahmu berupa pusaka biarlah tertata di tempatnya, karena semua itu hanya bentuk wadah. Bungkusan dan kalaupun ada isi di dalamnya hanya perlu di daur ulang kembali. Kepercayaanmu terhadap sesuatu itu cukuplah sebagai wujud penghormatan dan menjaga warisan leluhur, dan menjadi cerita anak cucu kita nanti.
“Dan yang terpenting adalah dirimu sendiri, engkau harus menggeser kekurang sempurnaan pemahamanmu perlu kau menkajinya dan mencari kesempurnaannya maka sempurnakanlah dengan aturan Al-Quran dan hadist seperti yang para auliya, wali-wali 9 di jawa ajarkan sebagai landasan untuk menyembah Allah.
“Berangkatlah esok hari rabo ke Jawa Timur, datanglah ke sebuah pondok pesantren kecil yang kiyainya masih muda dan penampilanya gak beda jauh sepertimu”.
Rosyid, di mana alamatnya pak?
Tamu; nanti malam kamu akan tahu sendiri, dan saya pamit dulu, esok sebelum berangkat mampirlah ke rumahnya.
Kemudiann orang itu memberikan secarik kertas yang berisi alamat dan bacaan amalan dari surat Al-Quran untuk di baca Rosyid setelah sholat malam.
Akhirnya dari situlah Rosyid tahu siapa tamu itu, ternyata Ia adalah kang Fauzy seorang tokoh relegius di sebuah desa di Magelang.
Rosyid banyak bertanya soal pemahaman ilmu yang di turunkan ayahnya kepadanya yang secara alami ada kepada dirinya (nitis) dari proses diskusi yang panjang dengan kang Fauzy tadi. Alhasil akhirnya Rosyid berangkat ke pesantren di mana kang Fauzy pernah nyantri di sana. Akhirnya beIiau pun  mondok di sebuah pesantren di karisedenan Kediri Jawa Timur. Di sana ia cukup rutin mengaji meskipun ia belum bisa nulis arab, karena di pondok itu kebanyakan yang nyantri berlatar belakang tidak karuan waktu di rumahnya.
Ambil contoh saja kang Bejo seorang bapak-bapak dari Sumatra, dulu ia mantan buronan yang pernah di cari polisi, karena ia menjadi seorang perampok. Pelarianyapun tak terduga berahir di pesantren di pondok Rosyid menimba ilmu. Di sana santri semacam kang Bejo dan Rosyid gak cuma mereka berdua karena semacam mereka juga banyak. Tidak bisa menulis dan kenal huruf arab, namun alasan tidak mengenal huruf arab tidak memutuskan harapan mereka mengenal Allah, di mana kepada awalnya santri-santri semacam mereka berdua ingin mondok untuk mecari ilmu husus ( ilmu kanuragan, ilmu jadug ) dari para Kyai-Kyai hebat di Jawa Timur.
Namun hal itu di tolak sang Kyai pondok dengan menjelaskan kepada mereka bahwa yang namanya pondok itu tempat belajar ngaji Al-Quran, hadist, juga kitab kuning. Bukan mencari ilmu kanuragan, kejadugan, perdukunan, tapi mencari ridho Allah dan mengenal Allah yang wahid. Dan sang Kyai menyuruhnya untuk mengikuti sekolah diniyah, karena kang Bejo sangat awam sekali, apa lagi ia mantan perampok maka ia pun  di perintah kyai masuk ke kelas ibtida atau juga di kelas bawah untuk anak-anak. Ia mulai belajar dengan siswa yang pantas untuk jadi anaknya, tapi mentalitasnya dari rumah yang sudah kuat tidak membuatnya malu atau putus asa untuk belajar.seperti hadist yang mengatakan
Dalam kitab Maqaashidul Hasanah ada tambahan : FAINNA THOLABAL 'ILMI FARIDLOTUN 'ALA KULLI MUSLIMIN.  Jadi kalau dirangkai: karena sesungguhnya menuntut ilmu itu diwajibkan atas tiap-tiap orang Muslim.
Begitulah kisah Rosyid waktu di pesantren. Setelah Ia pulang dari mondok, di desa keberadaan Rosyid cukup di sepelekan sang Kyai desa yaitu keluarga dokter Amin, selain H. Abdullah yang selama ini bermusuhan dengan kakeknya, kemudian berlanjut dengan ayahnya. Karena perselisihan pendapat tentang pemaknaan ajaran Islam yang di ajarkan oleh kedua leluhur mereka berbeda, H.Abdullah sebagai sesepuh desa, tidak sepakat dengan cara yang di ajarkan kakeknya kepada Rosyid, yang melaksanakan ajaran Al-Quran dan hadist dengan tidak meninggalkan adat-istiadat yang berlaku, karena beliau berpedoman pada pesan; ´almuhafadzotu ala qodimissaleh wal ahdzu bil jadidil aslah yang artinya menjaga tradisi lama yang baik dan mengambil yang baik-baik saja .
Sebenarnya ayahnya tidak mempersoalkan dan menganggap semua selesai. Sederhananya ayah tidak mau di warisi sebuah perseteruan yang merenggangkan ukhuwah Islam di antara generasi generasi berikutnya. Meskipun semenjak kepulanganya ke desa dan menikahi ibu, beliau malah sangat tidak di sukai oleh para pengurus masjid, terutama sang Kyai, karena ayah jelas-jelas akan di anggap menjadi rival dan panutan baru di mayarakat dengan backgroundnya yang pesantren.
 Watak yang penyabar, legowo, dan kesabaran ayahnya menghadapi ejekan sampai fitnah dari keluarga DR.Amin ataupun sidiran juga celaan sang Kyai Abdullah yang terus terang mengatakan bahwa ayahnya itu beraliran ilmu hitam dan lain-lain. Demikian juga beliaupun di cap bahwa pondoknya sesat.
 Namun ayahnya tetap dengan santainya menghadapi cercaan itu. Ia tetap santai dengan keluarganya yang sederhana yang juga pas-pasan. Di sela keseharian beliau mengajari Farhan mengaji Al-quran hingga ahirnya banyak anak tetangga seperantara Farhan ikut datang mengaji bersama di rumahnya. Ibunya juga membantu menyemak dan mengajari baca tulis arab dan baca al-Quran bagi anak perempuan.
Kesantaian dalam kehidupan ayah Farhan bermasyarakat sedikit banyak mempengaruhi beberapa orang tetangganya yang melihatnya. Gaya bicaranya waktu musyawarah RT pun tidak kalah menarik dengan lulusan sarjana lulusan universitas luar negeri di desa, yaitu  DR.Amin atau ayah Evida, yang merupakan penerus ayahnya sebagai Kyai dan imam masjid itu nantinya.
H.rosyid (Ayah Farhan) dan DR.Amin (ayah Evida) adalah sahabatan akrab di masa kecilnya. Dulu saat mereka masih kecil bermain bersama, di atas kerbau peliharaan mereka berpegangan erat seperti menaiki seekor gajah besar, memandikanya bersama, kemudian bermain bersama di sungai belakang rumah, dulu mereka bahagia, sebelum ahirnya mengerti pilihan dalam hidup, dulu mereka selalu bersama sebelum mereka mengerti dan harus menerima ihtilaf.
Farhan pernah mendengar banyak cerita soal ayahnya dan ayah Evida, cerita itu dia dengar dari tetangga dan juga teman dari ayah yang juga teman ayah Evida  juga. ”dulu mereka sepertin tiga serangkai”, sahutnya bercerita padanya,“memang mereka berdua dulu selalu bersaing dalam berbagai hal mulai pelajaran  juga yang menjadi alasan selain itu adalah latar belakang keduanya yang saling bersebrangan dalam pemikiran, ayahnya cenderung lebih memilih pemikiran tradisional sedang ayah Evida  lebih suka pemikiran Islam modern, keduanya sering adu pendapat, ia hanya bisa melihat tanpa mengerti apa yang mereka debat, seperti wasit yang melotot dan mengamati penjaga garis kalau terjadi offside, anarkisme di luar batas, hanya pelereinya. Sambil tersenyum beliau berkisah masa lalunya bersama ayahnya dan ayah Evida .
Ayahnya adalah lulusan pesantren salaf tradisional di Jawa Timur.  Beliau cukup lama menuntut ilmu di sana, pemahaman ajaran Islamnya cukup kental dan cenderung kolot terutama pemikiran-pemikiran dari ulama kuno yang beliau pelajari dari kitab kuning. Beliau sangat disiplin dalam mengulas keilmuan-keilmuan yang di dapatnya dari pesantrennya. Beliau berangkat dari desa di pinggiran kota semarang dengan latar belakang kebudayaan yang sarat dengan warisan leluhur yang sangat kompleks.
Dari muda beliau belajar banyak memahami kebudayaan kakek yang mewarisi banyak keilmuan kuno jawa yang telah turun temurun. Ilmu jawa dan pemahaman kebudayaan leluhurnya sangat melekat kepada dirinya. Hampir menjadi karakter kejawaanya memang kakeknya kalau di desa dulu di sebut sesepuh yang mana segala macam adat istiadat dari mulai kelahiran, pernikahan sampai tradisi upacara kematian selalu di pasrahkan kepadanya, sebab Beliau sesepuh dan juga pejabat desa, seorang jogo boyo atau secara umum di sebut provesi yang identik dengan petugas desa yang mengurusi keamanan dan kenyamanan warga. Dan di dapuk juga sebagi ahli sepiritual dan adat warga desa, terutama pernikahan dan kematian. Selain itu Beliau juga seorang paranormal atau di desa di sebut dukun, seorang yang dengan keilmuannya mampu mengobati orang sakit dari sakit fisik sampai penyakit mistis sekalipun, tak berbeda dengan ayahnya.
Beliau juga di turuni ilmu oleh kakek, sejak muda ayah sudah lain dari umumnya warga muda di desa. Dari muda Beliau selalu tirakat, puasa dan mutih (tidak makan selain nasi) itu pun bertahun-tahun beliau lakoni, begitu juga Beliau sering puasa ngebleng (semedi dalam sebuah ruangan yang di buat di tanah seperti sebuah ruang pengkuburan orang mati) berhari-hari beliau memendam dirinya dalam tanah itu. Selain itu juga Beliau jago kanuragan, namun beliau jarang atau tidak memakainya sama sekali, karena beliau tidak begitu senang dengan kanuragan, tapi teman-teman kampungnya banyak minta belajar kepadanya.  Bersambung...ke bagian berikutnya...😊TUNGGU LANJUTANYA GUYS..

Selasa, 15 September 2015

RESENSI NOVEL " Di bawah payung Mahabbah Syahadat

RESENSI NOVEL‪#‎Perjalanan‬Hidup manusia dalam Pencarian Makna Syahadat.

Judul buku; DI bawah payung mahabbah syahadat.

Penulis : Fathurrobby.Af.

Penerbit:Pustaka AQ, Jogjakarta

Tahun:2015

Jumlah Halaman: 303 halaman

ISBN: 9786020 938080


Novel ini sebenarnya di tulis sejak 2011 dan selesei di tahun itu juga, namun belum bisa di terbitkan oleh beberapa penerbit yang di tawarikarya ini karena mlihat karya novel ini akan mengundang banyak kritikan. Ahirnya penulis menunda dengan memperbaiki naskah baik isi dan penyampaian alur ceritanya.

Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alurmaju . Alur di dalam ceritaini sangat menarik , tidak mudah ditebak.

Cara pengarang menggambarkan tokoh dalam cerita dengan cara yang luar biasa , tidak dibuat-buat, inosen dan apa adanya .

Novel ini bertema sesuai judulnya di bawah payung mahabbah syahadat dengan pengertian bahwa apapun cara pandang seorang muslim yang mempengaruhi dalam praktek keagamaan serta simbolik yg di tunjukanya dalam mengaku-aku sebagai islam yang paling benar tidak sebanding dengan satu uhuah keislaman yg berada di bawah satu payung kalimah syahadat. Artinya setiap muslim meskipun berbeda cara penampilan islamnya,selamatidak keluar dr aqidah dan hukum islam tidak perlu adanya permusuhan,karenasemua muslim mengucapkan Kalimah syahadat yang sama.

Novel ini bermula dari kisah seorang pemuda yang bernama Farhan seorang putra tokoh' agama di desa yang mempunyai jalinan kasih dengan Evida putri seorang tokoh agama juga dan politikus, yang kemudian setelah beberapa waktu hubungan itu di ketahui kedua orang tua mereka yg sudah dari turun temurun mempunyai masalah perbedaan pandangan dalam penafsiran ajaran islam yang membuat kedua keluarga tersebut bermusuhan.Di cerita berikutnya tokoh utama Farhan mencari jawaban perbedaan pandangan tersebut di pesantren di jawa timur, hingga banyak cerita & konflik yang ia lalui di pesantren yang kemudian menemukan sosok perempuan yang di idamkanya di pesantren yaitu Hameeda dg kisah haru dan penuh pembelajaran.

Sepulang dari pesantren Farhan menghadapi persoalan keagamaan di masyarakat,terkait cara pandang,cara tafsir dan pelaksanaan keagamaan dalam islam, mencoba mempersatukan uhuah islamiah tanpa adanya fitnah- fitnah agama.

Di kisah berikutnya Farhan setelah menikah dg Hameeda di hadapkan kembali oleh masa lalunya yg hadir kembali yaitu Evida yang juga sahabat istrinya Hameeda, istrinya kemudian Meminta Farhan mempoligami sahabatny yang sekaligus mantan kekasihnya.....bagaimana Farhan menjawab permintaan dua perempuan Sholihah nan cantik yang siap mengabdikan hidup buatnya??

Ada dalam kisah buku Novel ini!Novel ini banyak mengandung amanat yang sangat bermanfaat bagi pembacanya , novel ini mengajak untuk menyucikan jiwa , mencerahkan , memotivasi pembacanya untuk berani hidup mandiri , untuk tidak mudah menyerah , untuk terus maju meraih anugerah Allah , novel ini pun bukan sekedar novel romantis , namun juga menjelaskan kaidah – kaidah islam .

Hal yang menarik dari novel ini adalah permainan perasaan pengarang memainkan kata- kata yang memberikan suasana romantis dan indah .Alur yang digunakan dalam novel ini pun tidak mudah ditebak , penulis melakukan terobosan- terobosan baru dalam menjelaskan nilai-nilai fikih. Cerita yang disuguhkan pun tampak begitunyata, tidakdibuat-buat dan membuat pembaca seolah-olah terlibat langsung didalamnya .


Buku ini pun sarat dengan pesan kepada pembaca yang dapat direnungkan dan diresapi lebih dalam .Yang paling menonjol dari novel ini juga adalah: banyak kandungan pesan- pesan hikmah yg di ambil dari beberapa kitab kuning terkait ilmu tasawuf dengan praktek dalam kehidupan yg d tampilkan dalam novel.Mmisalnya dari kitab al-fathu ar- robbani syech abdul qodir jailani,Al-hikam karya ibnu athoilahassakandari, ihya'ulumuddin Al-ghozali dan kitab-kitab pesantren lainya.

Novel ini sangat ilmiah penuh dengan refrensi meskipun fiksi, namun cukup realistis dengan perkembangan islam saat ini, yang insya Alloh dapat sedikit memberikan pencerahan pembacadalam menyikapi kasus perbedaan pendapat yang ada dalam tubuh islam saat ini. Artinya tidak secara garis besar novel ini bisa mudah di terima semua kalangan,namun hanya sedikit membantu memberikan cara pandang keagamaan yang lebih toleran dan tidak merusak ukhuah islamiah.Kekurangan Novel ini: bahwa tidak ada yg sempurna dari sebuah karya manusia biasa yg tidak luput dari dosa.Dalam novel ini memberikan penjelasan terkaitsebuah kasus yg terjadi di masyarakat deng istilah bid'ah.Artinya juga adalah sedikit menyuguhkan kasus yg beberapa orang menilai sara, namun tidak bagi penulis yang menyuguhkanya dg apik dalam alur cerita dengan memaknai simbol keagamaan yang ada semisal baca tahlil,sorban,jenggot,jubah dll. Yang sering memicu persoalankeagamaan.Untuk lebih lanjutnya anda bisa membaca sendiri buku novel ini yang sarat akan kaidah,hukum sosial agama & wawasan cara pandang keberagamaan di Nusantara.

Blitar.16 september 2015.


Fathur.Af.

Jumat, 31 Juli 2015

NU MULTI DIMENSIONAL "Sebuah catatan menjelang Muktamar NU di Jombang 01/08/2015"

Fathurobby Akhifiellahnulis cathetan anyar:NUMULTI DIMENSIONAL "menjelang Muktamar

"[23:43, 7/31/2015] fathoer akhifiellah: NU MULTI DIMENSI

#NU garis lurus atau Nu Nahdlotul ulama?Islam garis lurus atau islam Rahmatan lil alamin?


"Aku gak urus mboh piye caramu nafsiri rahmatan lil alamin iku dadine beraas,kurmo utowo gedang goreng!Aq y gak nyalahke kok tafsiri Nu lurus,tegak,miring opo dingkluk!Sing jelas lak kon nafsiri Rahmatan lilalamin tanpo dasar al-Qur'an n hdist opo maneh tanpo ilmu njur kowe nganggep pling rahmatan lil alamin, trs ngaromne tahlilan, wiridan,sholawatan utoewo kowe nyalahne nadaq tajwid moco alqur an..aku yo ndwe pendapatku dwe tp aq ra nyalahne cangkemanmu kui!!Njur upomo aku teges klaim klo wong indonesia sing muslim kok ndak melu mlebu Nu utowo muhammadiyah ora bakal mlebu suargo"!! Kowe arep nyalahne aku? Yopora? Rumangsamu Suargo nduwekq dewe, trs bener salah aku sing mutusne? Jal pikiren gae bokongmu kang,! Ora ktemu to?Panggonane Bokong karo utek enek dewe2! Mulo kui nafsiri sakarepmu! Ning kudu gawe ilmune gusti awloh!"Sangat berlebihan sekali bila kita memutuskansuatu perkara tanpa melihat masalahnya lalu memutuskany itu benar,itu salah,itu kafir,bid'ah dan seterusnya.

Cara mrnafsirkan al-qur'an tentu d pengaruhi oleh keilmuan seseorang jg terlibat dg cara hidupnya, yaitu kbudayaanya.Fenomena munculnya Islam nusantara,Nu garislurus, atau Nu..nu lainya itu adalah bagian dr fenomena ijtihad dan hsil pemikiran seseorang atau klompok.Namun persoalanya, tdk semudah itu mlahirkan sebuah istilah kemudian mngklaimny pling benar.. perlu d ketahui Nu lahir dr sejarah yg panjang, Nu didirikan oleh seorang yg bukan sembarangan.

0:15, 8/1/2015] fathoer akhifiellah: Nu teerlahir dari ijtihad para ulama besar,.yg mmpunyai visi misi yg jelas,hukum dan aturan yg gamblang dan bertujuan mmbesarkan islam dan mewadahi umat dalam berjuang di jalan Alloh.

Lakiook begitu mudahnya orang sekarang mmbuat hal baru, dg latar belakang yg blm genah dan dasar yg tdk jelas, trus lahirny di media sosial..lahir dr mbah google?Coba bayangkan, karena hal tersebut banyak orang salah faham hingga fahamnya salah...maujadi apppaaa umat ini??" Kta pak yai"

Kalau yg saya fahami itu adalah bagian dr lahirnya ijtihad gaya modern..yg pandai memanfaatkan moment juga technologi modern, tapi yg tak habis saya pikir, apa kuranghebatnya dengan NU yg sudah bertahan sampaidetik ini?

Kenapa saya katakan bertahan, apa Nu sudah tua?Iya, sy jawab betul Nu sudah tua, taapi bukan berarti Nu harus istirahat, Nu itu sekali lagi bukan sebuah tumpangan yg fisiknya onderdilnya harus d ganti seenaknya, d susupi dg ijtihad baru yg tdk jelas dg dasar ilmunya, seenaknya saja Nu harus d tandingi dg Nu new lainya, bathukmu jebol kui!! Itu namanya Generasi durhaka!!NU itu sudah tua dan sudah teruji dalam perjalanan sejarah bangsa, dasar dan kaidah hukumnya akan tetap asli dan benar sepanjang zaman, tidak bisa Nu itu d salahkan karena tdk otentik falsafahnya dg perkembangan zaman, yg salah itu orang-orang yg mengaku Nu tp tidak tau dg Nu,tidak tau sejarah Nu, tidak tau dasar dan hkum Nu, tidak faham fungsi dan tujuan Nu di dirikan.Terus terang saya pribadi tdk pernah dapat kartu tanda keanggotaan Nu, borro- boro ikut bahsul masail rapat muktamar, yg jelas sy hadirke muktamar sebagai orang yg respon dan beritikad mnyukseskan muktamar dg doa dan semangad ke-Nu an..sebagai "ROMLI" sahaja, artinya Rombongan liar.Saya tdk tersinggung saya tdk d anggap sebagai warga Nu, Ippnu,anshorpun blm pernah saya ikuti, taaapi jangan kau hina gue,klo NU di coleksedikit saja dan menodai benderanya insya Alloh gue pasang dada, dg cara saya!!Naah coba kita liat seberapa hebat itu yg namanya Islam Nusantara atau Nu garis lurus atau tegak dan seterusnya, sekedar meredam kehawatiran umat Nu warganya yg bingung mmbaca berita d media atau d tv...tapi pasca Muktamar sy yakin akan ada perubahan besar dalam tubuh Nu, saya optimis akan ada hal baikyg lahir, tapi kyakinan saya hanya 50% saja, sisanya biar kyai-kyai yg menanggungnya, toh kebaikan umat d tangan Meereka para alim ulama, sebagai umat 50% optimis sya tanggungbersama umat Nu lainya,dg optomis Doa,dan optimis perubahan baik bagi Nu ke depan.☺


[22:22, 7/31/2015] fathoer akhifiellah: NU nusantara itu sebenarnya bkn mahluk baru, yg d asumsikan sebagai tandingan baru yg berdiri seperti Nu..artinya islam nusantara itu adalah implementasi islam rahmatan lil alamin, yg artinya lahirnya islam d nusantara itu berawal dr histori syiat islam oleh para wali 9 yg d krimkan dalam mngkampanyekan islam dr zaman sultan Ahmad turki ustmani, yg proses penyebaranya dg cara damai melalui kbudayaan yg tdk seeta merta d tolak dalam islam.Jadi pendapat saya ..

bahwa asumsi yg trjd hr ini terkait islam nusantara d publik sbg mahluk baru tandingan nu itu berlebihan, lebih tepatnya islam nusantara itu hnyalah ruang yg ke depan mnjd pemahaman terciptanya dinamika keagamaan di nusantara yg nntinya mmpu mmpersatukan umat islam d indonesia..dalam satu kesatuan uhuah islamiah.Hal ini kmungkinan sbg upaya bbrpa kalangan tokoh muslim indonesia mmbentengi islam indonesia dr pengaruh adu domba dr luar..cobakt mlihat islam d timur tengah yg hari ini d pecah belah, dan naudzubillah islam d nusantara kita sperti demikian..dan perlu d ktahui bahwa muslim terkuat d dunia ini adalahindonesia kita, dan hari ni kita muslim indonesia mnjd sasaran barat yg akan d jatuhkan, cb liat kdus kemarin d tolikara? Adu domba..klo muslim nusantara jatuh..jatuhlah muslim d dunia.naudzubillah..Ini pandamgan saya..bs jd salah..☺

[22:39, 7/31/2015] fathoer akhifiellah: Nah perlu d ktahui..kata Nusantara itu muncul dr sjarah gajah mada yg ingin mnyatukan Nusantara..laa nusantara itu bagianya d saat itu adalah kekuasaan mja pahit mliputi indnesia,mlaysia,vitnam,kmboja,singapore.


.Sdang nusantara saat ini adalah negara republikindonesia..menjelang muktamar tentu muncul bbebrrapa isu besar berhembus, sisi lain isu mendongkrakpopularitas kesuksesan muktamar, sisi lain ada kpentingan isu politis ketakutan Nu akan lebih masif pasca muktamar, sisi lain peetarungan politis mnghadapi tantangan ke depan.

seperti halnya munculnya klompok besar dalam islam yg d klaim kuat mmperkuat bloknya masing2 yg d indikasi mnyusup dalam momen muktamar, benar tidaknya kita lihat selanjutnya, liat saja seperti yg sya kutip dr pesan watshap ini

:Copas dari group Alumni Lipia 2010MENGINTIP FENOMENA JELANG MUKTAMAROrganisasi terbesar di indonesia...ditarik ulur tiga gelombang pemikiran menjelang Muktamar

1. Kelompok syiah, atau yg menguntungkan syiah...ini dimotori agil siraj, idahram dan alawibantani cs

2. Kelompok liberal atau yang mendukungnya, ini digawangi si ulil abshar abdalla

3. Kelompok aswaja, yang ingin mengembalikanNU sesuai dengan tujuan pendirinya mbah Hasyim....mereka menyebut dirinya NU garis lurus..

"Memang ada kgelisahan munculnya islam nusantara dr para tokoh nahdiyin..yaitu kehawatiran munculnya islam nusantara itu d sisipi pemikiran liberalisme, dr situ bs mmbahayakan umat islam d indonesia yg secara plaksanaan islamnya terlibat dg kbudayaan yg ada..akan mnjd pemicu d pecahnya islam d nusantara...

Hal positipnya, adalah..klo memang misi islam nusantara berakar dr kebudayaan islam d negara kita, dan Nu sbg pendukungnya mka akan insyaAlloh indonesia mnjd " BALDATUN TOYYIBAH"

kita lihat sja para pendekarnya Nu d muktamar nanti kyainya mau akur apa ndak? Mau tenang dan antheng po gak? Klo Muktamar berafiliasi mnnjd kpntingan politik klompok tertentu tentu Nu akan sulit mngendalikan madzab syiah,wahabi dll, yg sudah jelas tdk cocok dg kebudayaan islam d usantara kita.perlu kita rubah nalar kita, bahwa islam yg benar bukan sebuah golongan tertentu, namun islam yg d dasari oleh al-qur'an hadist dan mngikuti printah nabi.soal bagaimana implementasinya itu terserah anda, d arab tentu beda dg islam indonesia, tdk hrus makan kurma itu d sunnahkan, atau naik unta itu adalah prilaku nabi yg hrs d contoh,yg penting islam itu damai.semoga Muktamar besok itu mnghasilkan hsil bhsul masail yg bermanfaat bgkmashlahatan umat islam khususnya nusantara,& dunia.

wallohu a'lam.blitar 01/08/2015Fathur

b

Jumat, 22 Februari 2013

Di bawah visi-misi Syahadatain



Di bawah visi-misi Syahadatain

Dalan ruang internal Islam, hidup damai di tengah perbedaan pendapat adalah sebuah kuwajaran, khususnya dalam masalah hukum Islam (fiqih)[1]. bukan hanya itu saja, semua mendambakan kedamaIan seluruh umat manusIa juga, dalam ajaran Islam di berikan nilai universalitas yang di kemas oleh yang namanya rahmatan lil alamin dan lakum dinuukum walIayadin. dalam internal Islam sendiri Kita tahu, sebenarnya perbedaan pendapat dalam masalah fiqih bukan lagi masalah baru, melainkan sudah ada sejak Rasulullah Saw wafat. Perbedaan masalah fiqih terus berkembang seiring, seiring dengan berkembangnya zaman dengan timbulnya masalah-masalah baru dalam kehidupan.          
Pasca Rasulullah wafat mulai timbul banyak perbedaan pendapat yang kemudIan melahirkan madzhab-madzhab, yang di antara madzhab-madzhab itu saling berdebat, dari perdebatan mereka yang tidak menemukan kesepakatan maka masing-masing memiliki dasar sendiri-sendiri y`ng kemudIann menimbulkan perselisihan, dari perselisihan itu berlanjut menjadi perang dingin, atau bahkan menyebabkan terjadinya benturan secara fisik maupun pertikaIan politis. seseorang yang fanatismenya begitu tinggi membuat dirinya terhijab dalam berpandangan dan memutuskan persoalan umat ataupun persoalan socIal di sekitarnya dengan cara ijtihad yang sempit.
Selain perbedaan yang di jelaskan di atas, tentu saja sebaliknya juga muncul Perbedaan ekternal di Islam, di luar Islam perbedaan itu muncul secara universal soal perbedaan keyakinan dalam perbedaan agama, sedang agama manusIa itu sendiri terbagi menjadi dua yaiti samawi dan ardhi. Agama samawi adalah agama yang di turunkan Allah di bumi dan di berikan kepada beberapa nabinya yang di bekali oleh kitab sebagai pegangan ajaranya, dari zabur, taurat, injil dan kemudIann di sempurnakan oleh Al-Qur’an. Atau mengutip”fersi pengertIan lain, Agama Samawi adalah agama langit yang bertujuan supaya pihak bumi bisa mengerti tentang langit (dimulai dengan inisIatif pihak langit). Oleh karena itu, pemahaman dalam agama samawi melibatkan penggambaran yang ada di bumi / hal-hal yang diindera / hal-hal yang dibentuk oleh manusIa seperti, kerajaan, sifat-sifat manusIa, gembala, anak, Bapa, hukuman, penghakiman, raja,dll. Intinya ‘membumikan’ yang ada di langit, supaya yang di bumi mengerti.
Sedangkan Agama Ardhi, dengan inisIatif manusIa sendiri, bertujuan mencoba memahami alamnya maupun alam-alam lain termasuk langit dengan menggunakan nalar, pengamatan dan pengalamannya bahkan dengan tujuan mendekatkan diri sebisa mungkin atu semaksimal mungkin dengan langit. Apakah Agama Samawi lebih baik dari Agama Ardhi? Belum tentu Langit tidak bisa ‘di bumikan’ tanpa resiko atau 100% tanpa perubahan arti. Mungkinkah Tuhan membukukan diriNya sendiri? Mau setebal apa buku itu? Kalaupun sudah dibukukan, pasti ada penyesuaIan-penyesuaIan dan menggunakan ‘hal-hal bumi’ untuk menggambarkanNya. Lebih jauh lagi, buku surgawi ini tidak boleh diganggu gugat. Kalau ditemukan ada yang salah berarti yang membaca dan memahaminya-lah yang salah. Bukti-bukti kebesaran atau keagungan ilahi yang ada di bumi harus sesuai dengan buku surgawi ini. Kalau tidak sesuai,ya DISESUAIKAN.
Dengan demikIan manusIa di mata Agama Samawi ini adalah benar-benar lemah dan dilemahkan secara mind-setting. [2]
Dan inilah yang kemudIan menjadi sebuah fenomena universal yang seharusnya di respon setIap agama termasuk di dalamnya Islam yang ajaranya mengajarkan”universalitas Islam rahmatan lil alamin.
perbedaan secara universal, ini tentu saja akan menjadikan umat manusIa berselisih antar sesamanya, seperti juga dalam Islam itu sendiri, perselisihan ini semisal dapat kita lihat dalam sejarah peperangan antar agama, perang salib, dan sampai peperangan lainya, samapi hari ini juga semua ini masih berlangsung baik tampak dalam mata maupun kasat mata . di sadari tidak kita hidup di IndonesIa ini berdampingan dengan apa yang tertulis di atas,.
Seperti halnya juga penganut agama lain yang mempunyai tujuan dalam agamanya, begitu juga umat Islam mempunyai Tujuan sendiri dalam agamanya (sekularitas) dan yakin bahwa Al-Qur’an di ciptakan untuk di aktualisasikan seluruh umat manusIa tanpa terkecuali, atau juga dalam bahasa sar’I islam yaitu menyembah sang pencipta dan mengharapkan ridlo Allah, khusnul khotimah dan daholal jannah. seperti cerita imajiner yang di buat amin rais berikut. ”dan di lukiskan sebagai gambaran perbedaan dalam internal Islam yang berahir pada ahir tujuan yang sama dari sebuah hidup yaitu hakekat kekelan akherat, dengan bahasa belIau yang kocak”
“besok di akhirot banyak yang kecele”dalam arti positif”suatu ketika besok di surga orang-orang muhammadiyah sedang bercengkrama, melihat pemandangan indah sambil minum kopi susu. tiba-tiba mereka bertemu orang NU, Yang membuat si muhammadiyah kaget”lho dulu anda kan suka tahlilan, qunutan, dan lain-lain, kok bisa masuk surga? si NU lalu berucap”lho saya juga kaget, anda tidak pernah qunut, tahlilan, dan lain-lain kok bisa masuk surga? lalu kemudIan datang MDI berbaju kuning, yang ternyata juga masuk surga. KemudIann orang irak, Brunei, dan seterusnya …lalu mereka bilang”ini apa-apan?. . . . . [3]
Secara umum Islam rahmatan lilalamin bagi seluruh umat manusIa, ajaranya tidak memaksakan untuk menolak keseluruhan kebudayaan yang di ciptakan manusIa sebelum datangnya Islam, terutama di IndonesIa yang sarat dengan kekayaan kebudayaan secara khusus di sinilah novel ini akan mencoba meletakan antara kedudukan kebudayaan dan ajaran agamaa Islam, sehingga tidak mencampuradukan keduanya yang akhirnya terjadi pemahaman salah kaprah dan penolakan keras atas dasar agama dengan klaim-klaim sangat keras seperti pengkafiran, bid’ah, kurafatt ataupun musrik, dengan expresif yang tidak menampilkan damainya ajaran agama.
Meskipun Pada fuqoha sekaliber Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i juga tak lupa menasehati kita untuk menjadikan sunnah sebagai madzhabnya. Imam Abu Hanifah pernah menyatakan, Apabila telah shahih sebuah hadits maka hadits tersebut menjadi madzhabku. Senada dengan pernyataan Imam Syafi‘i” ―terkadang di antara para imam ada yang menyelisihi sunnah yang belum atau tidak sampai kepada mereka, maka mereka memerintahkan kepada kita untuk berpegang teguh dengan sunnah dan menjadikan sunah tersebut termasuk madzhab mereka semuanya [4].
Secara khusus juga Di tuliskanya novel ini bukan maksud penulis mengungkit luka lama dan mengungkap perbedaan -perbedaan umat Islam yang selama ini bersitegang saling mencari kebenaran masing-masing, yang ternyata hari ini sudah mereda terutama antara NU dan Muhammadiyah, keduanya telah bisa berjabat tangan erat dan di fahami oleh warganya-warganya, bahwa perbedaan yang selama ini mereka fanatiskan adalah sebagai rahmat yang sekarang ini bisa di mengerti. Datangnya statemen pemurnIan Islam yang muncul hari ini cukup ramai di perbincangan mayoritas umat Islam IndonesIa yang mengklaim wahabi adalah pembawanya dan ternyata bukanlah isapan jempol belaka, fakta ini dapat kita rasakan dan buktikan dari fenomena yang hari ini ada di sekitar keberagaman dan kegelisahan sebagaIan umat islam IndonesIa yang merasa terdesak oleh sebuah praktek keagamaan yang di rasakan baru ada, selain itu di sebuah desa yang warganya mulai gelisah menerima model pelaksanaan ajaran Islam yang di bawa oleh salah satu tetangganya yang baru pulang jadi TKI dari makkah dengan mempraktekan sar’I tidak seperti sebelumnya Ia berangkat jadi TKI, yangKemudIan di tanggapi masyarakat di rasa mereka adalah hal baru dalam Islam. tentu saja ini akan menambah nuansa keberagaman aliran-aliran dalam Islam di IndonesIa yang di tanggapi dengan varIatif baik penolakan cuek, ataupun sepakat denganya, dan selama penyampaIan ajaran keagamaan mereka tidak memaksa dengan latar belakang fundamentalisnya, dan sekularitasnya maka tidak masalah, akan tetapi akan ada efek tertentu dengan adanya hal baru tersebut bagi INTERNAL mayoritas umat Islam yang berdampingan erat dengan kultur dan kebudayaan yang kental dan tak mungkin untuk bisa di pisahkan, dengar rasionalisasi bahwabangsa IndonesIa kodratnya di lahirkan di tengah ragamnya suku dan adat yang kemudIan menerima islam tanpa harus meninggalkan adatnya yang jelas-jelas berbeda dari kultur dan kebudayaan lakhirnya islam yaitu Makkah.
 Di sisi lain problem EKSTERNAL yang di hadapi umat Islam yaitu Seperti halnya kenyataan yang terjadi hari ini yaitu tantangan dari luar di antaranya yang paling konkrit, klaim teroris yang serta merta di tuduhkan kepada seluruh penganut umat Islam, selain itu juga karena alasan tertentu muncul pemurtadan beberapa kelompok terhadap beberapa penganut agama Islam.
            Nah Untuk memahami alur yang akan di suguhkan, dan pembaca tidak keluar dari maksud dan tujuan penulisan Novel ini, maka penulis, akan menjelaskanya dalam tIap plot dengan batasan tertentu”
Yang pertama”novel ini mengangkat tema besar perbedaan umat Islam, yang Menempatkan dikotomi pemahan Islam yang sangat kompleks di negeri ini di tanggapi dengan, tawasuth, tawazun juga tasammuh antar penganut aliran lainya, yang di wujudkan dengan Mendudukan semuanya dengan tenang di sebuah payung besar umat Islam yaitu SYAHADAT, Dengan sepakat bahwa semua aliran tidak keluar dari nilai ajaran Al-Qur’an dan hadist. dan menerima perbedaan yang ada baik kultur ataupun budaya yang terlepas dari ajaran agama”yang jelas-jelas tidak semua menyimpang dari ajaran Islam“.
            Syahadat adalah ikrar setIap orang yang akan mengaku dirinya sebagai muslim, Syahadat juga merupakan payung yang memayungi seluruh pemahaman yang kompleks di dalamnya Payung Syahadat inilah yang merupakan simbolisasi yang mengikat ikhwan muslim satu dengan lainya yang ketika di realisasikan akan mewujudkan kekuatan besar yang mampu menjadi benteng kuat Islam dalam menghadapi persaingan-persaingan, dan serangan-serangan dari luar yaitu semisal klaim terorisme, dan pemurtadan yang semakin nyata dan mengikis kekuatan dalam internal dan eksternal Islam . dan di sinilah kita akan menemukan jawaban atas problem internalnya yaitu konflik perbedaan pendapat seperti yang di ungkap di atas dengan membentuk satu visi”DI BAWAH PAYUNG SYAHADAT ( MEMBUKA TABIR-TABIR CINTA )
Dalam sebuah buku yang berjul Al-Fathu Ar-Rabbani”jalan hidup sang kekasih Allah”syekh Abdul Qodir al jaelani berkata”
            Wahai pemuda engkau di ciptakan bukan untuk tinggal selamanya di dunIa dan bersenang-senang di dalamnya, enkau juga harus lenerima dan menaati Allah Azzawajalla dengan ikrar”Lailaha illa Allah Muhammadad Rosul Allah”
Tapi semua ini saja belumcukup, kecuali engkau tambahklan lagi hal lain . Iman adalah (sinergi )
Ucapan dan tindakan . ucapan syahadat saja tidak akan bermanfaat dan di terima JIKA KALIAN TETAP MELAKUKAN TINDAKAN MAKSIAT DAN DURJANA, SERTA MENENTANG AL-HAQ ‘Azza wajalla, bahkan meninggalkan sholat, puasa, sedekah dan amal-amal kebajikan . [5]
            YANG KEDUA”Lakum dinukum waliyadin dan status kewarga negaraan yang di naungi PANCASILA dengan bineka tunggal ika sebagai symbol damainya sebuah bangsa tetaplah akan di pegang oleh umat muslim dalam rangka kerukunan umat beragama, terlepas dari itu semua bahwa kita ( umat Islam ) perlu melihat keluar bahwa banyak agama di luar Islam yang memfokuskan memperhatikan kondisi lemahnya perekonomIan rakyat yang itu merupakan bukti respon mereka terhadap situasi socIal kebangsaan, dan selayaknya patutlah di respon juga oleh umat Islam dengan menunjukan diri setIap muslim seperti yang tuntuknkan nabi Muhammad kepada umatnya yaitu nilai rahmatan lil alamin, dengan demikIan umat Islam tidak menyibukan dirinya dalam konflik perbedaan (khilafIah syarIat yang di ajarkan Muhammad Saw) dengan sesamanya yang tIada ujungnya karena semua saling klaim dan mencari kebenaran masing-masing yang di anggapnya paling benar.
Ketiga”Berangkat dari problem besar itulah, penulis mencoba untuk menggambarkan dalam berntuk cerita fiksi yang di dalamnya juga di tambahkan beberapapa ulasan yang berdasarkan fakta yang tercakup didalamnya karakter-karakter penokohan yang menggambaran perbedaan realis selama ini dalam lingkup problem internal dan eksternal umat Islam. Selain itu juga memperlihatkan dampak socIalnya yang begitu kentara sampai saat ini. Yang secara umum ketika semua agama di IndonesIa di hadapkan pada problem besar kebangsaan ( korupsi, perpecahan suku, ras juga agama itu sendri, rusaknya mental generasi dan jauh dari ruh agama) dan merupakan tanggung jawab semu`, haruslah mampu menjawab dan membuktikanya dengan menyeleseikanya secara bersama di bawah naungan ”bhineka tunggal ika dan pancasila”serta di barengi rasa saling menghargai oleh masing-masing agama dengan kesadaran bahwa kedamaIan sebuah bangsa adalah tanggung jawab bersama dan seluruh rakyat IndonesIa .
Secara umum Dalam novel ini mencoba menggait minat baca para pemuda-pemudi Islam khususnya dan pemuda-pemudi pada umumnya Untuk menikmati karya fiksi sederhana ini untuk di ajak menyikapi persoalan kebangsaan dan globalisasi yang sebenarnya nyata, yang selama ini cukup halus membius, melenakan, dan menghipnotis mereka saat ini, dan membentuk karakter individualis akibat sibuk dengan live stylenya yang telah lepas kendali dari tuntunan agama dan budaya ketimuranya, dan di rasakan semakin jauh dari ruh agama, yang mengajarkan nilai universal, kesalehan socIal, juga ketaqwaan .
Dan Untuk menganalisa terhadap kompleksnya persoalan yang di ungkap dalam novel ini, penulis memberikan batasan secara khusus lebih menonjolkan pada internal Islam dalam konteks pemahaman Al-Qur’an dan hadist sebagai sumber ajaranya, sebagaimana penulis bertujuan secara khusus mengajak umat Islam untuk lebih memaknai esensi ajaran dari pada perbedaanya.
[1] M. Yusuf Amin Nugroho, Ebook. fiqh ihtilaf NU –MUHAMMADIYAH, hal2.
[2] http://filsafat. kompasIana. com/2011/04/01/ironisme-agama-samawi-agama-ardhi/
[3] Dr. A. syafi’I Ma’arif. Muhammadiyah dan NU” Reorientasi Wawasan KeIslaman . LPPI UMY, LKPSM NU …. 1993
[4] M. Yusuf Amin Nugroho, Ebook. fiqh ihtilaf NU –MUHAMMADIYAH. hal
[5] Syekh Abdulul qodir al-jailani . tarjamah AL-FATHU ARROBANI, WAL-FAIDHU AR-RAHMANI . diva press2010. hal181













Kamis, 14 Februari 2013

Hikmah-hikmah cinta (Cuplikan my novel)

BAGIAN 9
Hikmah-hikmah cinta DI PESANTREN
syarat cinta adalah menyetujui tanpa membantah
dan syarat permusyuhan adalah menentang,
serahkanlah diri kalian kepada  Tuhan kalian,
dan ridholah menerima pengaturaNya
di dunia dan akhirat. [1]
 MATANYA  dari ke hari telah bersinar, sekarang ia bisa menikmati keindahan yang semula tertutupi hatinya, oleh riya’ ujub dan takaburnya, sekarang ia bisa melihat dirinya meskipun tanpa sebuah kaca di hadapannya. Dan alamlah yang menjadi cermin kehidupannya.

suasana pesantren semakin meneguhkan tekadnya, peranya dulu sebagai aktifis kampus kini berangsur-angsur ternetralisir oleh suasana yang ada, dulu yang ada di benaknya tak lebih dari egonya, Semakin menarik saja pesantrennya ini, gumamnya dalam hati, untuk lihat dan tahu cewek cantik saja dalam 1 minggu pun 1 X sudah beruntung, karena pondok putra-putri terhalang oleh ndalem yai.
Benar adanya, bila ada sekelebat gadis lewat depan ndalem, itu merupakan berkah buat santri, bayangkan saja, untuk 1 minggu saja kesempatan itu tak musti ada.
 
Setelah Farhan pulang dari madrasah Farhan bergegas menuju kamar kang Abdul.
Farhan “dull… kang Abdul, tolong Bantu sawirkan kitabnya, AL -fiyahnya, 
anu kang tadi ketinggalan maknanya, maklum Farhan santri baru belum bisa cepat memaknai kitab gandul”.
Abdul “sini tak lihat, lafadh apa kang?”
Farhan “ini low kang lafad yabg satu baris ini….”
Abdul “ladalah, kamu itu gimana, ngaji kok sampai ketinggalan satu baris, tadi gak mendengarkan ya? apa kamu tidur han!”
Farhan  iya kang, habis kecapekan tadi di kebun”.
Abdul  “coba lafadnya di baca”.
Bismillairrohmaanirrohiim…. Teks Surat An Nahl Ayat 125[1]


 
ادْعُ Ø¥ِÙ„َÙ‰ سَبِيلِ رَبِّÙƒَ بِالْØ­ِÙƒْÙ…َØ©ِ ÙˆَالْÙ…َÙˆْعِظَØ©ِ الْØ­َسَÙ†َØ©ِ ÙˆَجَادِÙ„ْÙ‡ُÙ…ْ بِالَّتِÙŠ Ù‡ِÙŠَ Ø£َØ­ْسَÙ†ُ Ø¥ِÙ†َّ رَبَّÙƒَ Ù‡ُÙˆَ Ø£َعْÙ„َÙ…ُ بِÙ…َÙ†ْ ضَÙ„َّ عَÙ†ْ سَبِيلِÙ‡ِ ÙˆَÙ‡ُÙˆَ Ø£َعْÙ„َÙ…ُ بِالْÙ…ُÙ‡ْتَدِينَ
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang  baik.  Sesungguhnya Tuhanmu Dialah  yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”
Abdul “dengarkan dan siapkan polpenya dan tulis, tuh polpenya di clup dulu ke mangsi”.

 

Farhan “di murodi sekalian kang !”
Abdul “aduh han, han…oke dengarkan ya”. ”Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan penuh hikmah dan nasehat yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang paling bagus”.

 
Farhan “maksudnya, ayat ini menyeru kita untuk melakukan perbuatan baik dan melarang (menjauhi) perbuatan yang bertentangan dengan agama”. [1]
            Kata hikmah disini bisa mengandung makna hukum. sebenarnya ia pernah mendengar tafsiran  tujuan dari ayat ini dari Ayahnya yang menjelaskan padanya “bahwa dalam penyampaian dakwah kita akan menghadapi beberapa macam orang, orang umum, orang awam maka kita ketika berbicara denganya kita menggunakan bahasa mauidzoh, contohnya pengajian umum, para Kyai mengunakan bahasa mauidzoh, yang kedua bila kita berhadapan orang ahli hukum, maka kita menggunakan bahasa hikmah, bahasa yang lebih tinggi dari bahasa mauidzoh, karena mereka ahli hikmah pandai berdebat, jadi kita harus sabar dan baik meladeninya”, Farhan  “kenapa begitu, kan sama saja kang, orang awan juga kadang ngeyel kalau di bilangi”.
“Nah betul juga kang, tapii… ini akan menempatkan penyampaian kita tidak salah tempat dan salah faham, ataupuan nanti jadi buat orang fahamnya salah karena kemampuanya berfikir rendah. di ibaratkan, ketika kita bicara dengan orang awam bahasanya juga biasa saja, jangan sampai kalo bayi kita kasih daging, sedang kita bicara dengan ahli hikmah dengan mauidzoh pastinya Ia terendahkan ilmunya, di ibaratkan

orang dewasa netek susu ibunya lagi, maka ingat, jangan sampai kee-baaa--lik!”
Farhan, “hii horrrooor….!!!”.
“Looww, bukan gitu han,, serius ini…”
“Iya-iya kang…Farhan dengar sabda njenengan,, xixixixixi.”
Abdul kembali lanjutka penjelasanya, orang awam ibarat bayi, Ia hanya mampu menerima asi, sebaliknya ahli hikmah, Ia pintar debat dan menjawab, maka kita suguhkan Ia daging, jangan terbalik, anak kecil di kasih daging, orang tua kamu kasih netek ke ibu,,, hehehehe…
“Oow,, begitu….ya kang…aku baru faham…..hmmm…”
“Insya Allah, itu qoul di nukil dari Imam besar kita Imam ghozali”.
Farhan “1 lagi kang, kalao Kyai waktu ngaji kadang Ia menambahkan Tanbih, apa maksudnya?”
Abdul “Maksudnya, mengingatkan, Kyai mengingatkan kita agar tidak melupakan aturan pondok juga mengingatkan kita untuk kembali menelaah apa yang pernah Ia sampaikan ke kita, karena kita terkadang lupa juga ngglonjom[1], begonooook kaang!!!!”

 
Ia pun  memahami apa yang selama ini ia gelisahkan di rumah, banyak hal Ia pelajari dari hukum fiqih, tafsir, hadist dan tauhid yang di pesantrenya yang cenderung mengajarkan tasawuf  yaitu jalan mencapai kemurnian jiwa  kepa Tuhan sejati akan kebenaran wahyu ilahi yang telah di turunkan kepada rosulnya dalam pengertIan syariat yang jelas. [1]


[1] H. Soloeman Fadeli . Muhammad SUbhan . S. sos . antologi NU I. KHALISTA SURABAYA. 2007. Hal152.


[1] Glonjom”ndablek, nakal, seenaknya sendiri


[1] H. Soloeman Fadeli . Muhammad SUbhan . S. sos . antologi NU I. KHALISTA SURABAYA. 2007. Hal112.


[1] Asbab  An-Nuzul Surat An Nahl ayat 125 :  Para mufasir berbeda pendapat seputar sabab an-nuzul (latar belakang turunnya) ayat ini. Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah SAW. menyaksikan jenazah 70 sahabat yang syahid dalam Perang Uhud, termasuk Hamzah, paman Rasulullah, Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika adanya perintah kepada Rasulullah SAW, untuk melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan pihak Quraisy. Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang menjadi sebab turunnya  ayat tersebut,lihat: Al-Wahidi, Al Wajid fi Tafsir Kitab Al Ajizi,  Mawaqi’ At-Tafasir ,Mesir, tt, hal. 440/ 1.Lihat juga: Al-Wahidi An- Nasyabury, Asbâb an-Nuzul, Mawaqiu’ Sy’ab, t-tp, tt, 191/1. Abu Al-Fida Ibn Umar Ibn Katsir,  Tafsir Al-Qur’an Al –Adzim, Tahqiq oleh Samy bin Muhammad Salamah, Dar at-Thoyyibah Linasyri Wa Tawji’, Madinah , 1420 H, Hal.613/IV. Meskipun demikian, ayat ini tetap berlaku umum untuk sasaran dakwah siapa saja, Muslim ataupun kafir, dan tidak hanya berlaku khusus sesuai dengan sabab an- nuzul-nya (andaikata ada sabab an-nuzul-nya). Sebab, ungkapan yang ada memberikan pengertian umum. Ini berdasarkan kaidah ushul


[1] Syekh Abdulul qodir al-jailani . tarjamah AL-FATHU ARROBANI, WAL-FAIDHU AR-RAHMANI . diva press2010. hal298

Template by:

Free Blog Templates