Rabu, 19 September 2012

cuplikan novelku DI BAWAH PAYUNG MAHABBAH SYAHADAT ( Membuka Hijab-hijab Cinta).bag 9 " tawasul cinta"

cuplikan novelku DI BAWAH PAYUNG MAHABBAH SYAHADAT ( Membuka Hijab-hijab Cinta).bag 9 " tawasul cinta"

oleh Fathurobby Akhifiellah pada 26 April 2012 pukul 2:37 ·
BAGIAN 9
KANGDUL SANG FBI PESANTREN
syarat cinta adalah menyetujui tanpa membantah dan syarat permusyuhan adalah menentang, serahkanlah diri kalian kepada  Tuhan kalian, dan ridholah menerima pengaturaNya di dunia dan akhirat. [1]
            “Mata Farhan dari ke hari telah bersinar, kerabunannya melihat dunia sejernih saat ia masih bayi, matnay sekarang bisa menikmati keindahan yang semula tertutupi oleh riya’ ujub dan takaburnya, sekarang ia bisa melihat dirinya meskipun tanpa sebuah kaca di hadapannya. Dan alamlah yang menjadi cermin kehidupannya”
Semakin menarik saja pesantren nya ini, gumamnya dalam hati, untuk lihat dan tahu cewek cantik saja dalam 1 minggu pun 1 X sudah beruntung, karena pondok putra-putri ter halang oleh ndalem yai.
Benar adanya, bila ada sekelebat gadis lewat depan ndalem, itu merupakan berkah buat santri, bayangkan saja, untuk 1 minggu saja kesempatan itu tak musti ada.
Setelah Farhan pulang dari madrasah Farhan bergegas menuju kamar kang Abdul.
Farhan ”dull…eh kang Abdul, tolong Bantu sawirkan kitabnya, Ia kelasnya sudah sampe AL -fiyah, anu kang tadi ketinggalan maknanya, maklum Farhan santri baru belum bisa cepat memaknai kitab gandul.
Abdul ”sini tak lihat, lafadh apa kang?
Farhan ”ini low kang lafad yabg satu baris ini…. .  
Abdul ”ladalah, kamu itu gimana, ngaji kok sampai ketinggalan satu baris, tadi gak mendengarkan ya? apa kamu tidur han!
Farhan”iya kang, habis kecapekan tadi di kebun .
Abdul  ”coba lafadnya di baca
Bismillairrohmaanirrohiim…. Teks Surat An Nahl Ayat 125[2]
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ Artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang  baik.  Sesungguhnya Tuhanmu Dialah  yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”[3]/[4]
Abdul ”dengarkan dan siapkan polpenya dan tulis, tuh polpenya di clup dulu ke mangsi. . Bismillahirrahmanirrahiiimm……..
Ud’uuu”; ngajak, o siro kabeh ( ajaklah )
Ila sabiiliii robbika ”: maring dalane pengeranmu . (ke jalan Tuhanmu)
Bilhikmatiii ”: kelawan hikmah . (dengan penuh hikmah)
Walmauidzotil”:  lan aweho nasehat siro. (dan berikanlah nasehat )
Alhasanati ”: kang bagus. (yang baik)
Wajadilhum”: lan debato siro kabeh. (dan berdebatlah)
Billatii hiya ”: kelawan jaadilhum. (dengan mendebat mereka )
Iku Ahsanu ”gawe coro kang bagus (cara yang paling bagus. 
Farhan ”di murodi sekalian kang !
Abdul” aduh han, han…oke dengarkan ya, ini sedikit penjelasan suratnya;
Tafsir Al-Jalaalayn

{ ادع } الناس يا محمد صلى الله عليه وسلم { إلى �$B3َبِيلِ رَبّكَ } دينه { بالحكمة } بالقرآن { والموعظة الحسنة } مواعظة أو القول الرقيق { وجادلهم بالتى } أي المجادلة التي { هِىَ أَحْسَنُ }  كالدعاء إلى الله بآياته والدعاء إلى حججه { إِنَّ رَّبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ } أي عالم { بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بالمهتدين } فيجازيهم ،  
Artinya:
“Serulah (manusia, wahai Muhammad) ke jalan Rabb-mu (agama-Nya) dengan hikmah (dengan al-Quran) dan nasihat yang baik (nasihat-nasihat atau perkataan yang halus)  dan debatlah mereka dengan debat terbaik (debat yang terbaik seperti menyeru manusia kepada Allah dengan ayat-ayat-Nya dan menyeru manusia kepada hujah).  Sesungguhnya Rabb-mu, Dialah Yang Mahatahu, yakni Mahatahu tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya, dan Dia Mahatahu atas orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Maka Allah membalas mereka. Hal ini terjadi sebelum ada perintah berperang. Ketika Hamzah  dibunuh (dicincang dan meninggal dunia pada Perang Uhud)
Farhan ”maksudnya, ayat ini menyeru kita untuk melakukan perbuatan baik dan melarang (menjauhi) perbuatan yang bertentangan dengan agama . [5]
            Kata hikmah[6] disini bisa mengandung makna hukum. dan tujuan dari ayat ini juga Farhan pernah mendengar Ayahnya menjelaskan padanya ”bahwa dalam penyampaian dakwah kita akan menghadapi beberapa macam orang, orang umum( selain Islam), maka kita ketika berbicara dengan mereka kita menggunakan bahasa mauidzoh, contohnya penyampaian pengajian umum/ awam, para Kyai mengunakan bahasa mauidzoh, yang kedua bila kita berhadapan orang ahli hukum, maka kita menggunakan bahasa hikmah, bahasa yang lebih tinggi dari bahasa mauidzoh, karena mereka ahli hikmah pandai berdebat, jadi kita harus sabar dan baik meladeninya,
 Farhan  ”kenapa begitu, kan sama saja kang, orang awan juga kadang ngeyel kalau di bilangi?
Nah betul juga kang ”tapii… ini akan menempatkan penyampaian kita tidak salah tempat dan salah faham, ataupuan nanti jadi buat orang fahamnya salah karena kemampuanya berfikir rendah. di ibaratkan, ketika kita bicara dengan orang awam bahasanya juga biasa saja, jangan sampai kalo bayi kita kasih daging, sedang kita bicara dengan ahli hikmah dengan mauidzoh pastinya Ia terendahkan ilmunya, di ibaratkan orang dewasa netek susu ibunya lagi, maka ingat, jangan sampai kee-baaa--lik! Farhan,, , hii horrrooor….!!!! .
“Looww, bukan gitu han,, serius ini…”
“Iya-iya kang…Farhan dengar sabda njenengan,, xixixixixi. “.
Abdul kembali lanjutkan penjelasanya, orang awam ibarat bayi, Ia hanya mampu menerima asi, sebaliknya ahli hikmah, kadang Ia pintar debat dan menjawab, maka kita suguhkan Ia daging, jangan terbalik, anak kecil di kasih daging, orang tua kamu kasih netek ke ibu,,, hehehehe…
“Menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ikhya Ulumuddin menegaskan agar orang-orang yang melakukan tukar fikiran itu tidak beranggapan bahwa yang satu sebagai lawan bagi yang lainnya, tetapi mereka harus menganggap bahwa para peserta mujadalah atau diskusi itu sebagai kawan yang saling tolong-menolong dalam mencapai kebenaran. Selain itu Nabi Muhammad Saw bersabda :
Yang artinya “ Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman.” [ H.R. Muslim ].

Dari hadis tersebut terdapat tiga tahapan dalam menyampaikan dakwah yaitu ;
1. Dengan tangan [ bilyadi ], tangan di sini bisa difahami secara tektual ini terkait dengan bentuk kemunkaran yang dihadapi, tetapi juga tangan bisa difahami dengan kekuasaan atau power, dan metode dengan kekuasaan sangat efektif bila dilakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah.
2.Dakwah dengan lisan [ billisan ], maksudnya dengan kata-kata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh mad’u, bukan dengan kata-kata yang keras dan menyakitkan hati.
3. Dakwah dengan hati [ bilqolb ], yang dimaksud dengan metode dakwah dengan hati adalah dalam berdakwah hati tetap ikhlas, dan tetap mencintai mad’u dengan tulus, apabila suatu saat mad’u atau objek dakwah menolak pesan dakwah yang disampaikan, mencemooh, mengejek bahkan mungkin memusuhi dan membenci da’I atau muballigh, maka hati da’i tetap sabar, tidak boleh membalas dengan kebencian, tetapi sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan ikhlas hati da’i hendaknya mendo’akan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT.

Oow,, begitu….ya kang…aku baru faham…..hmmm…
Farhan ”1 lagi kang, kalao Kyai waktu ngaji kadang Ia menambahkan Tanbih ”apa maksudnya?
Abdul ”Maksudnya, mengingatkan ”Kyai mengingatkan kita agar tidak melupakan aturan pondok juga mengingatkan kita untuk kembali menela’ah apa yang pernah Ia sampaikan ke kita, karena kita terkadang lupa juga ngglonjom[7], begonooook kaang!!!!
Ia pun  memahami apa yang selama ini Ia gelisahkan di rumah, banyak hal Ia pelajari dari hukum fiqih, tafsir, hadist dan tauhid yang di pesantrenya yang cenderung mengajarkan tasawuf  yaitu ”jalan mencapai kemurnian jiwa  kepada Tuhan sejati akan kebenaran wahyu ilahi yang telah di turunkan kepada rosulnya dalam pengertian syariat yang jelas. [8]
Tawassul cinta (Menyampaikan cinta)
Perbincanganpun semakin seru, dan beberapa saat kemudiann mereka berganti tema soal cewek yang lagi rame di bincangkan di pondok putra, yaitu lagi-lagi santri geger dengan intrik-intrik persaingan mereka yang tak seportif antara kawan satu kamar atau juga antar bilik kamar atau juga antar suku, seperti perang suku saja ketika memperebutkan wilayah yang di klaim sebagai haknya, namun perebutan ini bukan memperebutkan wilayah, tapi memperebutkan sang idola baru santri wati dari demak yang konon Ia memiliki wajah yang cukup manis, cantik, juga anggun, di tambah lagi anak Kyai lagi.
 Propaganda pun sering muncul di telinga-telinga santri dengan nada-nada yang cukup mengusik telinga dan menguras fikiran, membuat sejenak lupa niat mereka dari rumah, berpamit tholabul ilmi.
Rasa-rasanya hampir saja Farhan tak berdiam diri saja. Tapi Ia urungkan niatnya meskipun beberapa santri memprofokasinya.
, Ia teringat pesan ayahnya ”bila hati sedang galau dan sedih karena terganggu situasi yang sebenarnya tidak terlalu penting di urusi, dan menarik nafsu untuk melakukan hal yang menjauhkan dan menutup hati dari sang pencipta, ayahnya meminta ia untuk menyelimur hatinya biar tak terkontaminasi dengan suasana yang membuatnnya tidak istiqomah dalam tholabul ilmi, dengan sehabis sholat sunah hajat malam untuk sejenak I’tikaf di dalam masjid. Hal itu ia mulai dari pertama Ia masuk di pesantrenya, sesuai pesan Ayahnya kepadanya ”kalo di pondok ada waktu senggang setelah ngaji, sampean harus sering sowan ke maqomnya mbah yai Sepuh, hidiyah fatehah, tahlil dan baca Al-Qur’an, biar mendapat barokah ilmunya untuk bisa ma’rifah kepada Allah dan mendapat pangestu dari beliau dalam mencari ilmu di pesantren yang didirikanya itu, karena kesempatan ngaji di pondok tak selamanya, jadi manfaatkan waktumu di sana”. dengan cara tawasul yang artinya ”secara semantic mengambil perantara, suatu yang di jadikan perantara untuk mendekatkan diri (tawajjuh ) kepada Allah Swt guna mencapai sesuatu yang di harapkan dariNya. [9]
Tapi kali ini Ia terusik dengan isu yang beredar di sekitarnya, membuat beberapa kali Ia absen di rutinan malamnya itu, akhirnya yang ada di pikiranya adalah keingin tahuanya dan penasaranya dengan isu persaingan bahwa ada gadis yang baru mondok menjadi artis hari ini dan di perebutkan para santri untuk menjadi kekasihnya, apa lagi Ia telah di pengaruhi oleh si Abdul yang jago bual ketika sudah menganalisa persoalan bilateral cinta antar santri, seperti ahli dan pakar politisi saja, tapi politisi cinta, dengan nadanya dan gaya bicaranya yang menarik si Abdulpun bercerita kepadanya
”hei kang!! apa kamu tidak tahu, kalo 1 minggu lalu ada santriwati baru dari semarang, Ia begitu cantik juga menawan lo kang, konon cerita yang ia dengar Ia itu anak Kyai di daerah demak. , hmmm…gak pengen kenal ta kang???
Farhan ”hehehe…memange sampean sudah kenal?
Abdul ”wah-wah, sampean iku kaya gak kenal Abdul aja to kang,???si Abdul hamba Allah, info yang ia dapat ya sirri to kang!!!”dengan nadanya yang takabur”
 ”halah nyebut to dul-dul…. apa hububganya info gadis itu dengan gusthi Allah dan info sirrimu to dul?
Abdul ”ya jelas ada to kang, apa kamu gak tau, bahwa Allah dengan si Abdul, hamba-hambanya, sedekat urat nadi di leher kita to kang,?
 ”wah kamu ngalantur dul!!!
Abdul ”nglantur gimana? lo  tau gadis itu datangnya jam berapa, detik menit berapa juga anaknya siapa, dan rumahnya lo kang???
 kok sampean tahu dari mana to dul??
 ”tadi bilang kan sirri, alias rahasia, hanya abdul dan Allah yang tahu…hehehehehe…
 ”halah dul, kamu bual gak mutu, lebih baek  blajar untuk nanti malam dari pada dapat lemparan kapur dari yai duul…
”Tunggu, kang!!!…baeklah  critakan,,, ,, si gadis itu nama lengkapnya lailatul Hamidah, lengkapnya, pangilanya Ameeda, waktu Ia mau ke pondok ini aku berpapasan denganya dan abahnya di depan kantor pos waktu  ngambilin wesel anak-anak. terus abahnya bertanya ke mana arah pondok mambaul ulum, lalu akupun menjawab, bahwa  aku juga santri di sana, kemudiann sedikit berbincang dengan abah hamidah  aku banyak bertanya kepada beliau, soal anaknya yang mau mondok, juga ta’ aruf sebentar dengan si hamidah…
 ”oooww. . dasar kamu santri tak punya adab duuuldul!
”hehehe,,, maksudmu apa kang??? kan aku bertanya,, dan Cuma kenalan atas ijin abahnya, kan gak papa to kang,,, lawaong kita kenalanya juga di depan ortunya, jadi gak ada setan di balik batu to kang…xixiixixix…. .
 ”hayyyah,,, dul,,, ngeles aja kamu…setannya ya kamu itu,,, ada maksud di balik celanamu dul!!!hahaha…
Bentar tokang,,,kalo Allah tak berkehendak kepada Abdul untuk bertemu dengan hamidah, apa mungkin Abdul dapat kesempatan itu to kang?…tolong dong buatkan  aku selembar puisi untuk tawasulkan cintaku kepadanya.
 ”weeees payah gak karuan omonganmu nglantur dul…kamu sudah plesetkan tawasulmu!!
”Tenang kang. . kalo ingin jelas ya dengarkan cerita ku dulu”kamu tau hamidah itu kaya’ gimana?, dia itu hufadh, lulusan dari pondok pesantren di jateng dan juga lulusan kuliahan lo kang, Ia mondok di sini itu dalam rangka memperdalam ngaji ilmu tasawuf, kamu tau suaranya yang lembut dan matanya yang indah membuat  tak berkedip sedikitpun mata ini, Ia secantik bintang film ayat-ayat cinta yang itu lokang, yang jadi pacarnya fahri, betapa cantik dan anggunya dia ketika melempar sedikit senyumnya, ambooooi…masyaaa Allah …lo kang!!!hehehehe.
“Makanya teman teman santri membincangkanya, apa kau tak berhasrat sedilitpun pengen kenal denganya kang???
”kamu gila apa, mau ngidamin di takzir dan di gundul, tanpa ada lawanya to dul???
”maksumu????
”apa mungkin  bisa ketemu denganya, paling Cuma bisa krim surat saja, itu juga kalo slamet suratnya berada di tanganya, iya, kalau tak tertangkap keamanan pondok putri? , yang ada  di takzir tanpa pasangan to dul!!!
”wkwkwkwkwkwkw…. wah kamu tuch kang, belm apa-apa sudah menyerah…. kamu tau, kalo  aku sudah kirim surat kepadany,???buktinya  aman-aman saja.
”apa kamu mau ku laporin ke keamanan dul?
”jajajajjajaangan to kang…kamu tega apa, kalo  di gundul dan ancur mahkota hamba ”sambil menyibakan rambutnya yan kriwul”
”trus apa yang kamu tulis kepadanya dul???
”mauuuuuu tauuuu aja kamu kang???
”lo tak laporin ke keamanan kamu….
”wah ngancam ya…baeklah,  aku mengiriminya secarik puisi berisi sanjungan kepadanya, yang ia dapat dari puisi yang kamu tulis di bukumu”
 ”Wahai engkau perempuan yang di berkahi Allah
Kehadiranmu di tanah berkah ini, menambah sejuknya tiap sudut dari taman-taman bunga di pondok ini.
Engkau yang di karunIaai keindahan wajah, kecantikan hati, dan kemulya, an adab.
Tanah kami gempar olehmu, saat senyumu menghIas tanpa rupa.
Wahai perempuan yang menjadi symbol keindahan Allah
Sungguh tIada yang lebih indah dari ciptanya yang sesempurna hawa sepertimu.
Waktuku habis untukmu, hingga coretan dari pena makna dan mansi ini tIada habis melukiskan indamu.
Lau kaaanal bahra, midada kalimati hubbuki, laaa yakfi. !
Wassajaroh lilqolami litaktub jamilatuki, laaa yakfi!!!
Anti kan nujuuumi fil laili, ……. .
Meskipun jauh tebatas dinding tinggi penjara suci ini…kan  buatkan bahasa cinta yang menjadi tawasul cinta  tersampai kepadamu!!!
Kau akan tetap bersinar di tiap malamku. [10]
”Wah, kamu kurang ajar dul, kamu sudah berbuat dholim pada, tanpa ijin juga tanpa hak kau mengirimkanya,, ,, !!!
Abdul ”tenang kang, ma’afin , tapi yang jelas sampean tak tertulis dib situ…jadi amaaaan kang…
”baeklah, . . yasudah…. . trus apa selanjutnya yang kamu lnginkan dul…
”Tolonga bantuin aku  buat nulis puisinya to kang…siapa tahu aku nanti dapat balasan darinya, tanggung nich, aku udah krim surat tapi belum dapat jawaban ni….
“hahaha…rasain lu!!!......
“tapi aku tak menyerah han! Pleeeeassssseeee,,,buatin too kang…
”endak. . dul…kalo  buatin buat kamu yang ada  amar munkar nahi ma”ruf!!!
Ayo dong kang…. bujuk Abdul……
”Apa kamu bisa jamin diri kamu untuk tidak tertangkap keamanan to dul?
”Tenang ajalah sobat,  ini sudah tugasku sebagai FBI nya pondok ini, makanya aku  bisa selamat dari pencarian keamanan.
 “Apa kau tau, tiap kali  makan di ndalem sewaktu pagi kita akan pergi ke sawah,?? kenapa aku datangnya belakangan? karena aku sedang bertugas, xixixixiix
“Apa maksud kamu dul? “
Hmmmmm………
Baiklah han, aku akan ceritakan hal sebenarnya “Memang benar adanya, Aku memang menyukai Ameeda sejak aku bertemu Ameeda ketika di antar ayahnya ke pesantren ini, aku bersumpah kepada diriku untuk bisa mendapatkan Ameeda dengan cara apapun, Aaku memang lihai dalam berstrategi, tapi aku tak bisa buat puisi ataupun menulis sebuah surat cinta.
Hahaha…… Farhan tertawa terbahak-bahak sampai matanya keluar airnya.
Selain itu ada hal yang penting dan ini rahasia kita berdua,
.......................................untuk lebih lnjut...TUNGGU PENERBITANYA...NNN MOHON DOA NYA....YAA

[1] Syekh Abdulul qodir al-jailani . tarjamah AL-FATHU ARROBANI, WAL-FAIDHU AR-RAHMANI . diva press2010. hal298

[2] Asbab  An-Nuzul Surat An Nahl ayat 125 :  Para mufasir berbeda pendapat seputar sabab an-nuzul (latar belakang turunnya) ayat ini. Al-Wahidi menerangkan bahwa ayat ini turun setelah Rasulullah SAW. menyaksikan jenazah 70 sahabat yang syahid dalam Perang Uhud, termasuk Hamzah, paman Rasulullah, Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di Makkah ketika adanya perintah kepada Rasulullah SAW, untuk melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan pihak Quraisy. Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang menjadi sebab turunnya  ayat tersebut,lihat: Al-Wahidi, Al Wajid fi Tafsir Kitab Al Ajizi,  Mawaqi’ At-Tafasir ,Mesir, tt, hal. 440/ 1.Lihat juga: Al-Wahidi An- Nasyabury, Asbâb an-Nuzul, Mawaqiu’ Sy’ab, t-tp, tt, 191/1. Abu Al-Fida Ibn Umar Ibn Katsir,  Tafsir Al-Qur’an Al –Adzim, Tahqiq oleh Samy bin Muhammad Salamah, Dar at-Thoyyibah Linasyri Wa Tawji’, Madinah , 1420 H, Hal.613/IV. Meskipun demikian, ayat ini tetap berlaku umum untuk sasaran dakwah siapa saja, Muslim ataupun kafir, dan tidak hanya berlaku khusus sesuai dengan sabab an- nuzul-nya (andaikata ada sabab an-nuzul-nya). Sebab, ungkapan yang ada memberikan pengertian umum. Ini berdasarkan kaidah ushul 

[3] Lihat, Sunaryo,dkk, Al-Qur’an dan Terjemahnya,Depag RI, cet:CV Asy-Syifa,Semarang 1992,Hal.251.

[4] H. Soloeman Fadeli . Muhammad SUbhan . S. sos . antologi NU I. KHALISTA SURABAYA. 2007. Hal112.

[5] H. Soloeman Fadeli . Muhammad SUbhan . S. sos . antologi NU I. KHALISTA SURABAYA. 2007. Hal112.

[6] Makna Hikmah, Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia   hikmah diartikan sebagai kebijaksanaan, kesaktian dan makna yang dalamLihat: Hasan Alwi,dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia,  Hal.401


[7] Glonjom”ndablek, nakal, seenaknya sendiri

[8] H. Soloeman Fadeli . Muhammad SUbhan . S. sos . antologi NU I. KHALISTA SURABAYA. 2007. Hal152.

[9] Ibid hal i54.

[10] Catatan harIan penulis, februari, 2012.

ALAM, ANAKKU MULAI BELAJAR HIDUP HARI INI

ALAM, ANAKKU MULAI BELAJAR HIDUP HARI INI

oleh Fathurobby Akhifiellah pada 12 April 2012 pukul 23:45 ·
Alam, sambutlah anakku, dia mulai menempa diri hari ini!
semuanaya akan di mulainya dengan perasaan sangat asing dan serba baru baginya.
dan aku berharap engkau memperlakukanya dengan hati-hati dan lemah lembut.
Engkau lihat,sampai detik ini saja dia telah menjadi raja di kandangnya sendiri.

       Dia menjadi penguasa di rumah.
aku selalu berada di sampingnya untuk menyembuhkan luka-luka.nya.
Dan aku selalu ringan tangan untuk mengobati perasaanya yang terluka.
Namun sekarang semuanya berbeda.pagi ini dia mulai menapaki baris depan kehidupan.
sambutlah tanganya dan mulailah suatu petualangan besar.

yang mungkin terdapat di dalamnya, peperangan,tragedi,dan kesengsaraan.
Untuk hidup di alam ini, akan membutuhkan pengabdian,cinta dan keberanian.

      Karenanya wahai alam.....
ku harap engkau menyambut uluran tangan halusnya.
Dan ajarkan padanya apa-apa yang harus di ketahui.
latihlah dia, namun dengan lemah lembut, jika itu mampu bagimu.

dia harus segera belajar,bahwa tak semua orang benar dan tak semua orang juga salah.
  Ajarkan padanya bahwa setiap ada kumpulan bajingan Pasti ada seorang pahlawan yang menghadapinya.
dan bahwa setiap ada musuh pasti ada seorang yang bisa menjadi teman.

    Biarkan dia tahu lebih cepat, bahwa para penipu adalah orang yang mudah di kalahkan.
Ajarkan padanya rahasia-rahasia kehebatan buku.
Berikan padanya ketenangan untuk dapat menghayati keabadian misteri burung-burung di langit, lebah-lebah yang beterbangan di bawah sinar mentari dan bunga-bunga yang menghijau di perbukitan.

Ajarkan padanya bahwa lebih terhormat menanggung kegagalan dari pada mencurangi orang lain.
cobalah beri anakku kekuatan untuk tidak mudah ikut-ikutan arus orang-orang yang hanya mengejar ketenaran.


Ajarkan kepadanya untuk mendengarkan orang lain.
namun mampu menyaring dengan saringan kebenaran dan hanya mengambil yang terbaik dari apa yang di dengarnya.
    Ajarkan kepadanya untuk jangan mematok harga bagi hati dan jiwanya.
Ajarkan kepadanya untuk tidak menghiraukan teriakan dan hardikan orang banyak.
Dan untuk tetap tegar memegang teguh pendirian yang di yakini benar.

      ajarkan dia lemah lembut dan penuh kehati-hatian wahai Alam.

Tapi tidak membuatnya jadi manja
karena hanya besi yang di tempa dengan api yang sangat panaslah, yang menjadikan baja yang sangat berkuwalitas.


INI TUGAS BERAT WAHAI ALAM, TAPI KAU TAU APA YANG HARUS ENGKAU LAKUKAN.
DIA ADALAH ANAK YANG BAIK.







ABRAHAM LYCOLN

MUNGKIN MULAI BOSAN

MUNGKIN MULAI BOSAN

oleh Fathurobby Akhifiellah pada 12 Mei 2012 pukul 8:02 ·

ya Tuhan, bolehkah aku menggerutu ?
bolehkah juga aku mencaci diri?
atau juga bolehkah aku menampar wajah?
tambah juga, bolehkah aku menghinakan diri di hadapanMu.

      akan apa yang terjadi di setiap detik dari takdirmMu.
senyumku akan selalu Welcome untuk itu.
meskipun kebanyakan berkata " HARI INI SIAL UNTUKKU"
aku tak bermaksud menyiinggung.
benar adanya, kami manusia mengatakan takdirMu sungguh kejam buat kami.

Tuhan barang kali hati ini tertutup dosa.
mulut kami begitu hina.
mata kami tak sanggup melihat.
nyali kami ciut menerima perhatianMu.

     tiap kali wajah itu  termak up oleh sederetan pelembab dari keringat kotor para pembuat topeng.
tiap kali rambutt-rambut itu berganti warna hanya untuk membohongi.
bahwa semakin hari ia tak luput oleh zaman yang menghabiskanya.
karena mereka pikir hidup ini abadi.

Sungguh ini terlalu jauh dan keterlaluan.
saat kaki melangkah ke depan untuk berganti arah lebih baik.....begitu juga hadangan di tengah jalan menghalangi.
hingga sampai sulit membedakan akan kebaikan sepertinya di larang, sebaliknya malah di biarkan.

ya Tuhan......letekkan cinta di hati kami.
Engkau hanya membuatkan 1 hati di tubuh kami.
tiada mungkin berhak mengisinya kecuali hanya cintaMu.

ya Tuhan, tiada kata yang lebih baik dari pada Ayat-ayatMu.....
tiada petuah yang lebih indah juga selain syair yang ada di penaMu.
tiada pena yang lebih mampu menuliskan CintaMu seutuhnya, kcuali pena yang telah ada di dalam firmanMu.

Ya Tuhan, tiada yang lebih maha menguasai selain DiriMu.
Tiada Tuhan selain Allah.

MAKA ridoilah takdirmu,sabarkanlah atas segala ujianMu, dan lapangkanlah dada kami untuk selalu bersyukur padaMu.
LAHAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAHIL ALIYYIL ADZIM.

Membongkar Dikotomi Pendidikan

Membongkar Dikotomi Pendidikan
Oleh: Fathurroby a.f)

Dalam Peperangan, ilmu menyebabkan kita saling meracun dan saling menjegal.Dalam perdamaian ,dia membikin hidup kita dikejar waktu dan penuh tak tentu….Mengapa ilmu yang amat indah ini ,yang menghemat kerja dan membikin hidup lebih mudah, hanya membawa kebahagiaan yang sangat sedikit sekali kepada kita” (Albert Einstain)

Pengetahuan dari masanya selalu mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan pola pikir manusia lewat proses dialektika panjang. Tak luput manusia secara tidak langsung terus mencoba memahami dan mengetahui segala sesuatu yang kemudian menghasilkan karya baru yakni pengetahuan. Proses inilah yang kemudian disebut “pendidikan” yaitu satu media manusia memahami, mengetahui suatu hal dan menyadarkan dirinya atas realitas sekitarnya yang sebelumnya belum diketahui. Sebuah kebutuhan mendasar manusia menyadari posisinya sebagai mahluk berakal dan membebaskan dirinya dari kebodohan.
Pada kenyataanya pendidikan hampir pasti menempati posisi terhormat dalam masyarakat, sebagai elemen mendasar yang mengantarkan menuju perubahan dan kemajuan. Pendidikan tidak hanya memiliki nilai Paedagogis, akan tetapi nilai sosial budaya. Sehingga dalam masyarakat, orang yang menempuh jenjang pendidikan yang tinggi akan memiliki nilai sosial yang tinggi pula dibanding dengan orang yang tidak mengenyam jenjang pendidikan sama sekali. Pada posisi seperti ini maka pendidikan mempunyai fungsi ganda, yakni fungsi strategis dan fungsi kritis. Pada posisi strategis, pendidikan mempunyai kekuatan yang sangat dahsyat dalam lingkup sosial yang mampu mengarahkan dan menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup dan memberikan pengarahan terhadap anak didik pada sebuah jenjang kehidupan ke depanya dan mempersiapkan kebutuhan esensial diri terhadap bentuk-bentuk perubahan. Sosiolog Emile Durkheim mengatakan bahwa pendidikan memegang kendali penting dalam mempertahankan kelanggengan kehidupan sosial kemasyarakatan (konsisten/ istiqomah) dalam menghadapi perubahan.
Sedangkan fungsi kritis dalam pendidikan dititik beratkan pada langkah adaptif dan adoptif. Adaptif adalah sifat yang dikembangkan dalam pendidikan untuk senatiasa mempertimbangkan sebuah kenyataan yang berkembang dalam masyarakat. Sebagai proses penyesuaian tak lain pendidikan sebagai urgenisitas kehidupan yang menjadi acuan untuk selalu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Ketika pendidikan tidak mempunyai daya tawar yang jelas maka akan ditinggalkan masyarakat karena riil pendidikan dipandang masyarakat sebagai jalan menuju perubahan kehidupan, baik secara materi maupun finansisal. Sedang Adoptif adalah kesediaan pendidikan menerima pembaharuan dan perubahan menuju arah yang lebih baik. (Tobroni dan Samsul Arifin;1994). Dalam posisi ini pendidikan sangat berperan penting di segala lini kehidupan yang mampu menciptakan nuansa-nuansa dalam kehidupan bermasyarakat. Secara riil, karakter kemanusiaan akan ikut terbentuk kuat dalam pendidikan pendidikan. Sehingga muncul daya kritis responsif yang nantiya mampu memahami bentuk dan kenyataan yang terjadi dalam masyarakat, antara baik dan buruknya dan bagaimana menanggapinya. Selain itu pendidikan bersifat fleksibel terhadap perubahan dalam merubah sebuah lingkungan.
Banyak pemaknaan tentang pendidikan karena pada dasarnya pendidikan merupakan sebuah pengalaman kehidupan seseorang. Menurut Dr.J. Sudarminta pakar pendidikan Sanata Darma Yogyakarta, [1990] Pendidikan adalah sebagai sadar ilmu yang dilakukan pendidik melalui bimbingan, pengajaran dan latihan untuk membantu anak didik mengalami proses pemanusiaan diri ke arah tercapainya pribadi yang dewasa dan susila. Menurut Brucher pendidikan adalah proses timbal balik dari tiap pribadi manusia dalam penyesuaianya dirinya dengan alam dan dengan semesta (M.Noor Syaam; 1981). Sehingga pendidikan paling tidak harus mengandung empat unsur, yaitu; sebagai kegiatan, proses, produk/hasil dan juga sebagai ilmu. Dari keempat definisi tersebut kalaupun kita mencoba melihatnya secara kritis disitulah akan diketemukan kelemahan dan kekurangan pendidikan kita hari ini.
Pendidikan sebagai kegiatan, adalah sebuah aktifitas belajar mengajar siswa dan pendidik dalam rangka mempelajari sebuah ilmu pengetahuan, sebagi Proses; pendidikan adalah sebuah jalan yang di dalamnya ada t`hapan-tahapan yang dilalui secara sistematis (jenjang akademis). Sebagai Produk; pendidikan merupakan hasil dari sebuah perubahan pengetahuan seorang anak didik sehingga mencapai apa yang diharapkan. Sedangkan pendidikan sebagai sebagi ilmu; pendidikan yang merupakan bentuk dari berbagai ilmu yang dipelajari anak didik dan secara perkembanganya berubah sesuai dengan kondisi menurut sejauh pemikiran manusia.

Imperialisme dan Dikotomi Pendidikan
Namun dalam kenyataan yang ada, pendidikan masih jauh dari hakikat eksistensinya yaitu sebagai proses memanusiakan manusia (humanisme human). Bahkan banyak yang menilai pendidikan kita dilanda krisis, salah satunya krisis moral yang diakibatkan oleh adanya pendikotomian keilmuan dalam pendidikan kita selama ini yaitu antara ilmu agama dan ilmu umum. Sehingga disitu kemudian ada pendiskriminasian keilmuan yang sebenarnya saling melengkapi satu sama lain yang secara sistempun kita mengenyam hasil pendikotomian ini. Secara institusi ini dapat dilihat dengan adanya pendidikan formal dan non formal. Dalam nalar setiap orang ini dianggap sebagai satu sistem yang wajar dan normal dan diterima apa adanya. Padahal disinilah tengah terjadi penjinakan secara halus bahwa orang harus mau tidak mau memprioritaskan pendidikan formal tidak yang lain. Sehingga pemformalan atas ijazahpun berlaku yang itu menimbulkan kecemburuan sosial yang tinggi. Ambil contoh, para santri pondok pesantren yang sampai hari ini outputnya secara formal tidak diakui dalam masyarakat hanya gara-gara mereka tidak menenteng selembar ijasah yang dibubuhi stempel Depag atau Depdiknas.
Ironis sekali, pendidikan yang tidak mampu menghargai sebuah keilmuan. Asumsi pendidikan formal adalah satu-satunya jalan mendapatkan kesuksesan hidup. Realitas pemformalan ini akan merambah terus ke dalam keadaan yang dinamakan “komersialiasi pendidkan,’’ yaitu sebuah kondisi pendidikan yang hanya menciptakan robot-robot bernyawa guna menutupi kebutuhan pabrik-pabrik akan tenaga kerja. Pertanyaannya kemudian adalah, siapa yang memasukkan kita sekalian ke “kandang” yang disebut sekolah ini? Depag, Depdiknas, juragan pabrik? ataukah memang kita sejak kecil mempersiapkan diri untuk masuk kandang itu?. Barang siapa mampu memasukan seorang anak dalam sekolah, dia yang memiliki itu (Abdurahman Wahid,dalam Freire;1985). Tidak bisa kita pungkiri pendikotomian ini merupakan warisan sejarah bangsa ini yang diciptakan Belanda waktu itu untuk melanggengkam kekuasaamya, menurut Gramsci, suatu yang mudah untuk dijadikan alat hegemoni dalam kehidupan manusia adalah pendidikan dan agama karena keduanya sebuah kekuatan yang sangat besar ketika digabungkan yang mana waktu itu pendidikan agama yang berbasis di pesantren merupakan salah satu musuh utama. Maka kemudian Belanda pun memunculkan konsep sistem sekolah impor barat dalam bentuk paket “ethische politiek” atau biasa yang disebut Politik etis (politik balas budi).
Dikirimnya beberapa anak pribumi untuk melaksanakan proses pendidikan di luar negeri (Eropa) pada dasarnya ini membawa misi besar penyebaran idologi besar dunia (paradigma posivistik) yang nantinya dibawa para anak didik itu, yaitu sistem westernisasi (pembaratan) yang liberal. Dengan corak humanismenya, di mana kolonialisme memberikan pendidikan kepada negara jajahanya yang mana menyelinap di dalamnya satu agenda penjajahan pemikiran lewat orang-orang terdidik tersebut. Ini bisa dilihat bahwa kenyataanya politik etis hanya diprioritaskan pada kelompok elit pribumi, yaitu para bangsawan. Sehingga waktu itu selain ada golongan priyayi karena keturunan para penguasa, muncul juga golongan baru hasil politik etis yakni priyayi profesional, output pendidikan yang berposisi sebagai pejabat-pejabat Hindia Belanda.
Model pendidikan barupun terlahir di Indonesia. Dengan klaim “ortodok” kuno dan tidak bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman, sistem pendidikan formal dan elitis menggeser institusi pendidikan yang sudah ada sebelumnya. Pendidikan kultur kerakyatan yaitu pesantren ataupun madrasah diniyah yang berlandaskan pada tradisi kultur sedikit demi sedikait tergeser dan terkikis. Walaupun Belanda sudah hengkang dari Indonesia namun ternyata mereka masih meninggalkan satu mainstream berpikir yakni paradigma postivistik. Sampai waktu itu muncul kebijakan yang dimunculkan Moh Hatta bahwa syarat untuk menjadi abdi negara harus berijazahkan formal (berlatarbelakang pendidikan formal). Akibat kebijakan ini banyak para pejuang nasional yang notabenenya berlatar belakang pendidikan nonformal --seperti madrasah dan pesantren-- terpaksa tersingkir. Mulai dari tokoh politik, militer lokal sampai nasional. Padahal tidak dipungkiri lagi jasa-jasa mereka bagi kemerdekaan bangsa ini.
Dari sinilah, keberhasilan kolonialis menciptakan model baru penjajahan dalam bentuk yang lebih halus dan memikat yaitu pendidikan formal seperti apa yang kita kenyam selama ini. Akibatnya, --bila di era kebangkitan dulu lahir perguruan-perguruan swasta militan (misalnya Taman Siswa, dan Muhammadiyah)-- di masa pembangunan Orba semua itu telah digeser oleh sekolah-sekolah ataau perguruan tinggi yang kapitalistik sejalan dengan ideologi pembangunanisme.
Pendidikanpun cenderung kehilangan nilai-nilai formatifnya, yakni perananya sebagai lembaga pendidikan pengemban nilai-nilai kemanusiaan dan pembentuk karakter kebajikan yang universal. Sekarang pendidikan cenderung berperan sebagai lembaga pelatihan yang linked dan matched berorientasi pasar kerja semata. Dengan penonjolan pola pemikiran ala barat semata yang menghasilkan para sarjana-sarjana pandai, cerdas namun pada wilayah moral terjadi proses dekadensi yang redemikian parahnya. Inilah yang nantinya melahirkan nalar-nalar komprador, kolonialis baru di negara sendiri.
Ini dapat dilihat secara nyata dalam sisitem kemasyarakatakan, karena pendidikan hanya menekankan pada aspek pemenuhan kebutuhan lapangan pekerjaan --dalam hal ini pemenuhan pekerjaan gaya kapitalis yang elitis, padahal lapangan pekerjaan yang ada sangatlah sempit-- mengakibatkan setiap peluang yang ada akan ditempuh guna merebut jatah kursi kerja. Di sisi lain, pendidikan tidak memberikan pendidikan moral sebagai ancangan kepantasan manusia dalam bertindak dan berbuat. Disinilah kemudian nalar-nalar korup terbangun dan membudidaya dalam setiap segi kehidupan.
Walhasil, pendidikan lambat laun menjauhkan manusia dari realitasnya. Ketika kultur kita sebagai negara agraris ternyata pendidikan malah menghasilkan para sarjana yang malu dengan kulturnya dan lebih memilih menjadi antek para pengusaha besar. Terlihat bahwa ternyata paradigma pendidikan Indonesia selama ini sangatlah kapitalistik, yang mana ini merupakan hasil dari kolonialisasi bangsa barat dalam menanamkan idiologinya. Tidak ada dalam kamus cita-cita anak Indonesia yang berkeinginan menjadi petani sukses dan mampu mendayagunakan sawah bapak-bapaknya, mereka lebih memilih dan terhipnotis untuk menjadi direktur perusahaan, insinyur, dsb. Sistem pendikotomian pendidikan ini akhirnya secara fatal menghasilkan sebuah pendidikan yang cacat moral. Terbukti, birokrasi pemerintahan dipenuhi para sarjana-sarjana, doctor yang pandainya tetapi juga sebanding dengan pandainya memakan harta rakyat.
Padahal Pendidikan adalah pembentuk karakter bangsa, karena adanya imbal balik antara pendidikan dan masyarakat. Dunia pendidikan adalah cerminan atas apa yang terjadi di masyarakat. Sehingga perilaku kehidupan bangsa ini dapat dilihat dari bidang pendidikan yang tiap tahunya meloloskan ribuan sarjana yang siap nganggur, mencuri dan menindas rakyat.

DIKOTOMI RASIO DAN RASA
Secara hakiki, pendidikan merupakan proses sepanjang hayat tiap indovidu dalam rangka menjalani dan memenuhai kebutuhan mendasar sebagai manusia. Namun realitas akan berkata lain ketika pendidikan hanya digunakan sebagai senjata penindasan guna memperoleh tujuan segelintir individu atau kelompok tanpa dilandasi batasan moral yang jelas. Artinya seringkali manusia ketika mencapai proses rasionalitas tidak menghiraukan pertimbangan-pertimbangan moral. DIsinilah kemudian akan memicu ketidakharmonisan antara realitas dan subjek kehidupan. Akan muncul seseorang yang tidak jujur, tidak adil dan tidak bertanggung jawab serta tidak sadar dengan realitas sekelilingnya.
Ini bisa dilihat dari berbagai kasus kejadian besar dunia ini. Ketika pengetahuan tidak dilambari batasan ‘kepantasan’ maka yang terjadi adalah hancurnya batas-batas kemanusiaan. Ketika ilmu pengetahuan dan teknologi hari ini berkembang pesat sehingga manusiapun tercengang melihat hasilnya sendiri, seperti bom atom yang pernah teruji kedahsyatanya di perang dunia II yang telah menghentikan perang di dunia, akan tetapi IPTEK telah menghanguskan ribuan jiwa manusia. Memang penemuan-penemuan teknologi dapat membawakan membantu dan menciptakan kebahagiaan, namun tidak dapat dipungkiri teknologi pula yang membawa malapetaka dan mengancam kehidupan umat manusia. Insektisida, obat-obatan, senjata kimia. Penemuan kontrasepsi juga dicurigai sebagai salah satu faktor penting dalam menumbuhsuburkan dekadensi moral.
Sehingga proses pendidikan yang membentuk nalar dikotomik antara rasio (kognisi/IQ) dengan rasa (afeksi/kepribadian) dalam beberapa dekade terahir mengundang kritik dari beberapa tokoh. Goleman misalnya, menyatakan bahwa kemampuan menahan diri (nafsu) sebagai inti kecerdasan emosional (EQ) lebih penting dari pada IQ. Seperti dalam risetnya ditegaskan bahwa EQ dapat sama ampuhnya dengan IQ, dan terkadang lebih ampuh dari pada IQ. Ini dibuktikan lagi dengan penelitianya tentang otak dan perilaku. Ia memperlihatkan faktor-faktor yang terkait dengan mengapa orang yang mempunyai kemampuan IQ tinggi gagal dan orang yang ber-IQ sedang-sedang saja ternyata sukses. Faktor-faktor ini mengacu pada suatu cara lain untuk menjadi cerdas yang disebutnya dengan “kecerdasan emosi” (EQ). Temuan mengenai EQ ini oleh Daniel Goleman menegaskan bahwa ukuran kecerdasan seseorang tidak hanya bergantung kepada IQ semata (Daniel Goleman 1999).
Fenomena di atas tak begitu saja berakhir tanpa meninggalkan polemik di kemudian hari, akan tetapi kemudian muncul lagi yang namanya pemikiran filosofis tentang kecerdasan spiritual (SQ), yaitu mengenai kemampuan hati hati nurani yang lebih penting dari semua kecerdasan, sehingga SQ dan IQ menjadi dasar seseorang dalam berperilaku dalam kehidupan dan mencapai kesuksesan kehidupan sejati, kenyataan terjadi ketika manusia berkemampuan IQ yang tinggi gagal dalam mengatur kehidupanya dan berperilaku tidak manusiawi, karena tidak adanya kemampuan dalam dirinya IQ dan SQ yang yang tinggi pula, hal ini disebabkan karena apa yang disuarakan oleh SQ adalah suara hati. Kebenaran sejati (conscience) SQ yang mampu menyingkapkan kebenaran sejati lebih tersembunyai (hidden truth) dalam kehidupan keseharian (Danah Zohar dan Lan Marshal :2001)
Tak pelak, setiap perilaku kemanusiaan yang selalu amoral dan individualis akan menjebak manusia dengan kehidupan yang menyengsarakan. Sehingga yang terpenting dalam pendidikan kita diperlukan adalah internalisasi nalar spiritual atau proses spiritualisasi. Hal ini penting karena selama ini dalam praktek pendidikan kita terjadi dikotomisasi dengan memberikan pemisahan akan kepentingan anak didik. Integrasi nalar spiritual ini dilandaskan atas tiga kerangka ilmu epistimologis, yakni dasar filsafat, tujuan nilai dan orientasi pendidikan. Pertama; Dasar filsafat merupakan landasan filsafat yang berdasarkan landasan pada filsafat teosentris. Sehingga ini menjadi dasar rasionalitas untuk mengikis dikotomi dan sekularisasi pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan kita hari ini (Abdul Munir Mulhan:1993). Kedua; tujuan pendidikan. Jika tujuan pendidikan sekuler untuk membangun kehidupan duniawi, seperti sukses, sejahtera, makmur, adil ,dst maka spiritualisasi pendidikan untuk membangun nalar wujud pengabdian terhadap Tuhan YME dan ini bukan final akan tetapi salah satu jalan menuju gerbang akhir kehidupan manusia spiritual yang kekal dan abadi sepanjang perjalanan kehidupan manusia. Sehingga yang kemudian akan membangun nalar anak didik lebih spiritualis dan tidak semata-mata materialis. Ketiga: Nilai dan orientasi pendidikan. Jika pendidikan didasarkan pada nilai dan orientasi pengembangan Iptek sebagai nilai dan orientasi ilmu, maka spiritualisasi pendidikan juga mengembangkan Iptek dengan segi penambahan iman dan takwa sebagai ruh dari proses pengembangan nalar spiritual atau spiritualisasi itu sendiri (Abdul Munir Mulhan; 2002).
Dan ketika hari ini STAIN sebagai salah satu lembaga pendidikan di mana di dalamnya memiliki concern optimalisasi nalar spiritual dan kemanusiaan dalam kerangka membentuk insan-insan yang intelek dan agamis dan berwawasan luas, dituntut sesegera mungkin untuk bangkit membuktikan hasilnya secara praksis sehingga terwujud yang namanya tokoh-tokoh intelektual yang humanis yang mampu memperjuangkan hak-hak umatnya. Selain itu, kemampuan menjawab persoalan pendikotomian nalar keilmuan yang imbasnya melahirkan generasi-generasi bangsa yang kering nilai spiritual. Tugas berat bagi seluruh bangsa ini untuk mengatasinya dan mengintegrasikan perbedaan-perbedaan yang seharusnya menjadi satu.
Akan tetapi hal tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah semudah membalikkan tangan. Kenyataannya, STAIN, IAIN dan UIN hanyalah menyatukan hal-hal yang terdikotomikan tadi (rasio dan rasa) yang sebatas penggabungan secara simbolik. Tidak ada epistimologi keilmuan yang jelas untuk menopang cita-cita besar diatas. Tak bisa dihindari, bangunan keilmnuan yang ada kemudian hanyalah pendidikan Islam cita rasa barat yang tak jelas orientasi, visi dan misinya. Tidaknya semakin jelas, malah semakin mengkaburkan beberapa unsur-unsur di atas yang pada akhirnya menciptakan pengetahuan yang asal-asalan atau dalam bahasa jawa disebut “gothak gathuk asal mathuk”.


Di tulis /di terbitkan di majalah dimensi stai tulungagung pada tahun 2008

JANGAN SEKOLAH!!!!!

  KALAU kita memahami bahwa pendidikan adalah hak setiap manusia,artinya setiap orang dengar sadar bahwa pendidikan adalah unsur mendasar dalam kehidupan yang merupakan sebuah jalan pilihan untuk menempuh dan menghadapi sekian persoalan kehidupan ini dengan bijak dan sesuai hukum universalitas kehidupan.
                Pendidikan bagi manusia sangat penting ketika manusia dalam prosese perjalanya mampu menciptakan yang namanya kebudayaan dan kehidupan sosial,artinya seorang manusia sejak lahir akan memerlukan pendidikan,tanpanya segala pemenuhan hidup takan terpenuhi dengan baik.
                Pendidikan mengajak kita untuk “berfikir”berfikir atas segala realitas,baik realitas yang indrawi maupun non indrawi,realitas indrawi adalah memikirkan realitas yang mampu di lihat secara lanngsung oleh mata,baik realitas sosial dan budaya,realitas non indrawi artinya realitas yang tanpa di ketahui dengan mata,artinya segala hal yang masih perlu di cari keberadaanya dengan cara memfikirkan bagaimana membuktikanya.
                Yang ke dua pendidikan mengajarkan kita untuk “melakukan”artinya belajar untuk melakukan sebuah hal dengan dasar pengetahuan pendidikan yang di miliki.
Yang ketiga pendidikan mengajarkan kita untuk belajar “menjadi”artinya dengan pendidikan kita akan mampu menetukan sebuah pilihan,pilihan dalam kehidupan yang di tentukan atas dasar pendidikan yang kita miliki.
                Ke empat pendidikan mengajarkan kita bagaimana “belajar”artinya pendidikan mengarahkan mseseorang untuk selalu terus belajar dari realitasnya sehingga ia mampu menemukan hal baru dan mengajarinya untuk tidak berhenti untuk mencari tahunya.
Ke lima , pendidikan mengajarkan seseorang untuk bagaimana hidup bersama,artinya seseorang di didik untuk selalu bisa berdampingan dengan lainya.
Nah dasar pendidikan itulah yang mendasari manusia untuk mendapatkan pendidikanya.pendidikan mampu menciptakan ruang sosial yang sangat hebat,pendidikan juga mampu mengangkat derajat seseorang lebih tinggi di tingkat sosial.pendidikan juga mampu mengantarkan sebuah bangsa menjadi maju secara peradaban dan sosial.dan pendidikan juga bisa menciptakan problrm kehidupan.
                Namun terlepas dari semua itu pendidikan akan menjadi persoalan hidup bagi manusia ketika tidak tepat menempatkanya sesuai porsinya.alhasil pendidikan key\tika di letakan sebagai label sosial ia mampu mengangkat seseorang lebih unggul di antara sesamanya,sehingga menempatkan seseorang pada posisi yang di sebut setatus quo.
                Kedua,pendidikan akan menjadi persoalan hidup bila di pandang sebagai lencana menaikan pangkat sosial,sehingga yang muncul adalah tuntutan dan paksaan dari sebuah setatus pada ruang yang di inginkanya.contoh;seorang sarjana pendidikan akan menuntut dirinya utuk berada pada instansi pendidikan dengan jabatan guru,seorang insinyur menuntut tempat pada setatus yang di sandangnya untuk menjadi seorang yang di pentingkan dalam jabatan lembaga ataupun pada perusahaan,lantas andaikan tuntutan itu tidak termediasi,apa yang akan terjadi?
Dan akan muncul pertanyaan berikut?
                Apa dengan sekolah kamu nanti bisa kaya?
                Apa dengan sekolah kamu nanti bisa mencapai cita-citamu jadi guru,dosen,ataupun pejabat?
Apa dengan sekolah kamu nanti bisa mengembalikan biayamu yang telah kamu keluarkan untuk biaya sekolahmu?
                Apa dengan sekolah kamu nanti siap menjadikanmu hanya sebagai bawahan?
Aku tidak memprofokasimu,tapi aku hanya bertanya pada tujuanmu,meskipun itu bukan urusanku?DAN AKU TIDAK MELARANGMU UNTUK SEKOLAH!!!!!!!
                Dan sekali lagi aku bertanya padamu ;


UNTUK APA KAMU SEKOLAH ?????!!!
UNTUK APA KAMU SEKOLAH TINGGI-TINGGI????!!!

Template by:

Free Blog Templates