BY”FATHOEROBY AKHI FILLAH.
Mengkisahkan seorang aktifis muda yang di karunuai kelebihan oleh Allah berupa kcerdasan, kberanIan, dan berpendirIan teguh. Kelebihanya itu harus di hadapkan pada persoalan pelik yang menyebabkan cintanya harus kandas di tengah jalan oleh karena konflik perbedaan pemahaman dalam agamanya, hingga Ia terfonis di kafirkan kemudIan pada akhirnya harus mencari jawaban atas semuanya itu,dan memutuskan meninggalkan seluruh karirnya yang telah Ia raih dan pergi belajar ke sebuah pesantren mencari dan menemukan jawaban atas konflik perbedaan pemahaman dalam agamanya, sebagai jalan tengah semua persoalan pribadinya, sepulang dari pesantren Ia menikah dan puncaknya pada saat yang sama Ia kembali di hadapkan masalah konflik cinta segi tiganya yang cukup halus terbungkus dalam sebuah pernikahan dan persahabatan, di mana istrinya meminta Ia mempoligami mantan pacarnya di SMU dulu, selain itu Ia juga harus mendamaikan dan mempersatukan perbeda’an-perbedaan di masyarakatnya yang sebelumnya Ia tidak tahu menahu kenapa Ia dan generasinya menjadi korban dan harus menerima warisan berupa persengketaan, perbedaan dengan saudara seiman maupun saudara sebangsanya yang berbeda keyakinan
SINOPSIS
SINOPSIS
Sesaat kemudIan ada seseorangyang perawakanya besar, berjenggot keluar dari ruang belakang, bajunya berwana putih terusan, di kepalanya terikat kain sebagai kopyah symbol kebangsa’anya, dan mirip dengan pakaina gerombolan yang menyerang aksi kami di jalan sIang tadi, Ia seorang laki-laki berwajah arab, yang mungkin juga Ia adalah yang menculik Evida dalam aksi penolakan pembongkaran makam wali yang sIang tadi kami lakukan bersama gabungan mahasiswa seluruh universitas. Pemuda itu ternyata bernama Umar faruq Ia kemudIan tanpa basa-basi orang Umar faruq itu berkata padaku…. .
Hai farhan!!! saya tahu ayahmu adalah imam mereka di makam itu, ayahmu juga mengajarkan masya rakat menyembah kuburan itu!!!
Astaghfirulloh…. apa yang kamu katakan hai pemuda tak sopan!! Apa yang kamu katakan!!, itu fitnah!!! ayahku tidak mengajarkan kesesatan, kami tawasul mendoakan sesepuh penyebar agama Islam di daerah kami, ,dan engkau lebih dzolim dengan merusak kebudayaan kami!!
Umar faruq”apa kamu bilang!untuk apa bangunan itu berdiri bila menyesatkan!! kamu mash belum mengerti apa itu agama,!! apa ada dalam Al-Qur’an dan hadist nabi menyuruh semua itu? coba tunjukan, !!!
Farhan” Tapi pendapat mu salah besar kalau engkau beranggapan yang kami lakukan tanpa dasarrr!!! bahwa ajaran yang kami terima dari para sesepuh kami adalah Islam yang haq dan di bawa oleh para ulama dan auliya’ dan di ajarkan para waliyulloh, dan engkau anggap menghormati wali itu adalah salah? Padahal al ulama u warotsatul anbiya’!!Umar faruq’ halah kamu hanya membual, aku keturunan dari arab,lahir di arab, dan kau tahu, islam turun di sana, aku lebih tahu muslim itu seperti apa!!
Farhan” kami muslim bersyahadat juga melakukan sholat, dengan rukun Islam dan iman seperti juga engkau!. engkau tidak mengerti karena engkau tidak mengenal kebudayaan kami, engkau bukan warga negri kami, dan islam bukan milik negrimu di sana saja, tapi islam untuk umat seluruh dunIa!! Apakah engkau hanya memahami Al-Qur’an dan hadist sepotong saja? hingga kalIan datang dan mengancam kami dengan kekefiran dan mengkafirkan kami!! engkau paksakan islam yang indah dan damai ini untuk kami dengan caramu yang tidak damai!
Umar faruq itu emosi lantas tanganya menunjuk padaku, berkata keras”Apa kamu bilang han!!? aku seorang mahasiswa muslim ! dan faham Al-Qur’an dan hadist! dan aku melihat apa yang di lakukan warga di makam itu adalah kemusrikan, kafir!!!!! Dan percuma kalIan mengerjakan ritual di sana !!
.
PENGANTAR PENULIS
SINOPSIS
DI BAWAH PAYUNG SYAHADAT
Dalan ruang internal Islam, hidup damai di tengah perbedaan pendapat adalah sebuah kuwajaran, khususnya dalam masalah hukum Islam (fiqih)[1]. bukan hanya itu saja, semua mendambakan kedamaIan seluruh umat manusIa juga, dalam ajaran Islam di berikan nilai universalitas yang di kemas oleh yang namanya rahmatan lil alamin dan lakum dinuukum walIayadin. dalam internal Islam sendiri Kita tahu, sebenarnya perbedaan pendapat dalam masalah fiqih bukan lagi masalah baru, melainkan sudah ada sejak Rasulullah Saw wafat. Perbedaan masalah fiqih terus berkembang seiring, seiring dengan berkembangnya zaman dengan timbulnya masalah-masalah baru dalam kehidupan.
Pasca Rasulullah wafat mulai timbul banyak perbedaan pendapat yang kemudIan melahirkan madzhab-madzhab, yang di antara madzhab-madzhab itu saling berdebat, dari perdebatan mereka yang tidak menemukan kesepakatan maka masing-masing memiliki dasar sendiri-sendiri y`ng kemudIann menimbulkan perselisihan, dari perselisihan itu berlanjut menjadi perang dingin, atau bahkan menyebabkan terjadinya benturan secara fisik maupun pertikaIan politis. seseorang yang fanatismenya begitu tinggi membuat dirinya terhijab dalam berpandangan dan memutuskan persoalan umat ataupun persoalan socIal di sekitarnya dengan cara ijtihad yang sempit.
Selain perbedaan yang di jelaskan di atas, tentu saja sebaliknya juga muncul Perbedaan ekternal di Islam, di luar Islam perbedaan itu muncul secara universal soal perbedaan keyakinan dalam perbedaan agama, sedang agama manusIa itu sendiri terbagi menjadi dua yaiti samawi dan ardhi. Agama samawi adalah agama yang di turunkan Allah di bumi dan di berikan kepada beberapa nabinya yang di bekali oleh kitab sebagai pegangan ajaranya, dari zabur, taurat, injil dan kemudIann di sempurnakan oleh Al-Qur’an. Atau mengutip”fersi pengertIan lain, Agama Samawi adalah agama langit yang bertujuan supaya pihak bumi bisa mengerti tentang langit (dimulai dengan inisIatif pihak langit). Oleh karena itu, pemahaman dalam agama samawi melibatkan penggambaran yang ada di bumi / hal-hal yang diindera / hal-hal yang dibentuk oleh manusIa seperti, kerajaan, sifat-sifat manusIa, gembala, anak, Bapa, hukuman, penghakiman, raja,dll. Intinya ‘membumikan’ yang ada di langit, supaya yang di bumi mengerti.
Sedangkan Agama Ardhi, dengan inisIatif manusIa sendiri, bertujuan mencoba memahami alamnya maupun alam-alam lain termasuk langit dengan menggunakan nalar, pengamatan dan pengalamannya bahkan dengan tujuan mendekatkan diri sebisa mungkin atu semaksimal mungkin dengan langit. Apakah Agama Samawi lebih baik dari Agama Ardhi? Belum tentu Langit tidak bisa ‘di bumikan’ tanpa resiko atau 100% tanpa perubahan arti. Mungkinkah Tuhan membukukan diriNya sendiri? Mau setebal apa buku itu? Kalaupun sudah dibukukan, pasti ada penyesuaIan-penyesuaIan dan menggunakan ‘hal-hal bumi’ untuk menggambarkanNya. Lebih jauh lagi, buku surgawi ini tidak boleh diganggu gugat. Kalau ditemukan ada yang salah berarti yang membaca dan memahaminya-lah yang salah. Bukti-bukti kebesaran atau keagungan ilahi yang ada di bumi harus sesuai dengan buku surgawi ini. Kalau tidak sesuai,ya DISESUAIKAN.
Dengan demikIan manusIa di mata Agama Samawi ini adalah benar-benar lemah dan dilemahkan secara mind-setting. [2]
Dan inilah yang kemudIan menjadi sebuah fenomena universal yang seharusnya di respon setIap agama termasuk di dalamnya Islam yang ajaranya mengajarkan”universalitas Islam rahmatan lil alamin.
perbedaan secara universal, ini tentu saja akan menjadikan umat manusIa berselisih antar sesamanya, seperti juga dalam Islam itu sendiri, perselisihan ini semisal dapat kita lihat dalam sejarah peperangan antar agama, perang salib, dan sampai peperangan lainya, samapi hari ini juga semua ini masih berlangsung baik tampak dalam mata maupun kasat mata . di sadari tidak kita hidup di IndonesIa ini berdampingan dengan apa yang tertulis di atas,.
Mungkin hanya sedikit sekali dalam Novel ini penulis mencoba mengajak pembaca membaca juga menganalisa dengan kerendahan hati, kedamain, toleransi juga positif thinking, meskipun penulis mencoba membedahnya dengan konsep ala Al-Qur’an sebagai alatnya, namun terlepas dari itu semua penulis ingin membawa pembaca dengan bahasa universalitas yaitu dengan mencoba membungkusnya dengan bahasa dan cerita CINTA .
Seperti halnya juga penganut agama lain yang mempunyai tujuan dalam agamanya, begitu juga umat Islam mempunyai Tujuan sendiri dalam agamanya (sekularitas) dan yakin bahwa Al-Qur’an di ciptakan untuk di aktualisasikan seluruh umat manusIa tanpa terkecuali, atau juga dalam bahasa sar’I islam yaitu menyembah sang pencipta dan mengharapkan ridlo Allah, khusnul khotimah dan daholal jannah. seperti cerita imajiner yang di buat amin rais berikut. ”dan di lukiskan sebagai gambaran perbedaan dalam internal Islam yang berahir pada ahir tujuan yang sama dari sebuah hidup yaitu hakekat kekelan akherat, dengan bahasa belIau yang kocak”
“besok di akhirot banyak yang kecele”dalam arti positif”suatu ketika besok di surga orang-orang muhammadiyah sedang bercengkrama, melihat pemandangan indah sambil minum kopi susu. tiba-tiba mereka bertemu orang NU, Yang membuat si muhammadiyah kaget”lho dulu anda kan suka tahlilan, qunutan, dan lain-lain, kok bisa masuk surga? si NU lalu berucap”lho saya juga kaget, anda tidak pernah qunut, tahlilan, dan lain-lain kok bisa masuk surga? lalu kemudIan datang MDI berbaju kuning, yang ternyata juga masuk surga. KemudIann orang irak, Brunei, dan seterusnya …lalu mereka bilang”ini apa-apan?. . . . . [3]
Secara umum Islam rahmatan lilalamin bagi seluruh umat manusIa, ajaranya tidak memaksakan untuk menolak keseluruhan kebudayaan yang di ciptakan manusIa sebelum datangnya Islam, terutama di IndonesIa yang sarat dengan kekayaan kebudayaan secara khusus di sinilah novel ini akan mencoba meletakan antara kedudukan kebudayaan dan ajaran agamaa Islam, sehingga tidak mencampuradukan keduanya yang akhirnya terjadi pemahaman salah kaprah dan penolakan keras atas dasar agama dengan klaim-klaim sangat keras seperti pengkafiran, bid’ah, kurafatt ataupun musrik, dengan expresif yang tidak menampilkan damainya ajaran agama.
Meskipun Pada fuqoha sekaliber Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i juga tak lupa menasehati kita untuk menjadikan sunnah sebagai madzhabnya. Imam Abu Hanifah pernah menyatakan, Apabila telah shahih sebuah hadits maka hadits tersebut menjadi madzhabku. Senada dengan pernyataan Imam Syafi‘i” ―terkadang di antara para imam ada yang menyelisihi sunnah yang belum atau tidak sampai kepada mereka, maka mereka memerintahkan kepada kita untuk berpegang teguh dengan sunnah dan menjadikan sunah tersebut termasuk madzhab mereka semuanya [4].
Secara khusus juga Di tuliskanya novel ini bukan maksud penulis mengungkit luka lama dan mengungkap perbedaan -perbedaan umat Islam yang selama ini bersitegang saling mencari kebenaran masing-masing, yang ternyata hari ini sudah mereda terutama antara NU dan Muhammadiyah, keduanya telah bisa berjabat tangan erat dan di fahami oleh warganya-warganya, bahwa perbedaan yang selama ini mereka fanatiskan adalah sebagai rahmat yang sekarang ini bisa di mengerti. Datangnya statemen pemurnIan Islam yang muncul hari ini cukup ramai di perbincangan mayoritas umat Islam IndonesIa yang mengklaim wahabi adalah pembawanya dan ternyata bukanlah isapan jempol belaka, fakta ini dapat kita rasakan dan buktikan dari fenomena yang hari ini ada di sekitar keberagaman dan kegelisahan sebagaIan umat islam IndonesIa yang merasa terdesak oleh sebuah praktek keagamaan yang di rasakan baru ada, selain itu di sebuah desa yang warganya mulai gelisah menerima model pelaksanaan ajaran Islam yang di bawa oleh salah satu tetangganya yang baru pulang jadi TKI dari makkah dengan mempraktekan sar’I tidak seperti sebelumnya Ia berangkat jadi TKI, yangKemudIan di tanggapi masyarakat di rasa mereka adalah hal baru dalam Islam. tentu saja ini akan menambah nuansa keberagaman aliran-aliran dalam Islam di IndonesIa yang di tanggapi dengan varIatif baik penolakan cuek, ataupun sepakat denganya, dan selama penyampaIan ajaran keagamaan mereka tidak memaksa dengan latar belakang fundamentalisnya, dan sekularitasnya maka tidak masalah, akan tetapi akan ada efek tertentu dengan adanya hal baru tersebut bagi INTERNAL mayoritas umat Islam yang berdampingan erat dengan kultur dan kebudayaan yang kental dan tak mungkin untuk bisa di pisahkan, dengar rasionalisasi bahwabangsa IndonesIa kodratnya di lahirkan di tengah ragamnya suku dan adat yang kemudIan menerima islam tanpa harus meninggalkan adatnya yang jelas-jelas berbeda dari kultur dan kebudayaan lakhirnya islam yaitu Makkah.
Di sisi lain problem EKSTERNAL yang di hadapi umat Islam yaitu Seperti halnya kenyataan yang terjadi hari ini yaitu tantangan dari luar di antaranya yang paling konkrit, klaim teroris yang serta merta di tuduhkan kepada seluruh penganut umat Islam, selain itu juga karena alasan tertentu muncul pemurtadan beberapa kelompok terhadap beberapa penganut agama Islam.
Nah Untuk memahami alur yang akan di suguhkan, dan pembaca tidak keluar dari maksud dan tujuan penulisan Novel ini, maka penulis, akan menjelaskanya dalam tIap plot dengan batasan tertentu”
Yang pertama”novel ini mengangkat tema besar perbedaan umat Islam, yang Menempatkan dikotomi pemahan Islam yang sangat kompleks di negeri ini di tanggapi dengan, tawasuth, tawazun juga tasammuh antar penganut aliran lainya, yang di wujudkan dengan Mendudukan semuanya dengan tenang di sebuah payung besar umat Islam yaitu SYAHADAT, Dengan sepakat bahwa semua aliran tidak keluar dari nilai ajaran Al-Qur’an dan hadist. dan menerima perbedaan yang ada baik kultur ataupun budaya yang terlepas dari ajaran agama”yang jelas-jelas tidak semua menyimpang dari ajaran Islam“.
Syahadat adalah ikrar setIap orang yang akan mengaku dirinya sebagai muslim, Syahadat juga merupakan payung yang memayungi seluruh pemahaman yang kompleks di dalamnya Payung Syahadat inilah yang merupakan simbolisasi yang mengikat ikhwan muslim satu dengan lainya yang ketika di realisasikan akan mewujudkan kekuatan besar yang mampu menjadi benteng kuat Islam dalam menghadapi persaingan-persaingan, dan serangan-serangan dari luar yaitu semisal klaim terorisme, dan pemurtadan yang semakin nyata dan mengikis kekuatan dalam internal dan eksternal Islam . dan di sinilah kita akan menemukan jawaban atas problem internalnya yaitu konflik perbedaan pendapat seperti yang di ungkap di atas dengan membentuk satu visi”DI BAWAH PAYUNG SYAHADAT ( MEMBUKA TABIR-TABIR CINTA )
Dalam sebuah buku yang berjul Al-Fathu Ar-Rabbani”jalan hidup sang kekasih Allah”syekh Abdul Qodir al jaelani berkata”
Wahai pemuda engkau di ciptakan bukan untuk tinggal selamanya di dunIa dan bersenang-senang di dalamnya, enkau juga harus lenerima dan menaati Allah Azzawajalla dengan ikrar”Lailaha illa Allah Muhammadad Rosul Allah”
Tapi semua ini saja belumcukup, kecuali engkau tambahklan lagi hal lain . Iman adalah (sinergi )
Ucapan dan tindakan . ucapan syahadat saja tidak akan bermanfaat dan di terima JIKA KALIAN TETAP MELAKUKAN TINDAKAN MAKSIAT DAN DURJANA, SERTA MENENTANG AL-HAQ ‘Azza wajalla, bahkan meninggalkan sholat, puasa, sedekah dan amal-amal kebajikan . [5]
YANG KEDUA”Lakum dinukum waliyadin dan status kewarga negaraan yang di naungi PANCASILA dengan bineka tunggal ika sebagai symbol damainya sebuah bangsa tetaplah akan di pegang oleh umat muslim dalam rangka kerukunan umat beragama, terlepas dari itu semua bahwa kita ( umat Islam ) perlu melihat keluar bahwa banyak agama di luar Islam yang memfokuskan memperhatikan kondisi lemahnya perekonomIan rakyat yang itu merupakan bukti respon mereka terhadap situasi socIal kebangsaan, dan selayaknya patutlah di respon juga oleh umat Islam dengan menunjukan diri setIap muslim seperti yang tuntuknkan nabi Muhammad kepada umatnya yaitu nilai rahmatan lil alamin, dengan demikIan umat Islam tidak menyibukan dirinya dalam konflik perbedaan (khilafIah syarIat yang di ajarkan Muhammad Saw) dengan sesamanya yang tIada ujungnya karena semua saling klaim dan mencari kebenaran masing-masing yang di anggapnya paling benar.
Ketiga”Berangkat dari problem besar itulah, penulis mencoba untuk menggambarkan dalam berntuk cerita fiksi yang di dalamnya juga di tambahkan beberapapa ulasan yang berdasarkan fakta yang tercakup didalamnya karakter-karakter penokohan yang menggambaran perbedaan realis selama ini dalam lingkup problem internal dan eksternal umat Islam. Selain itu juga memperlihatkan dampak socIalnya yang begitu kentara sampai saat ini. Yang secara umum ketika semua agama di IndonesIa di hadapkan pada problem besar kebangsaan ( korupsi, perpecahan suku, ras juga agama itu sendri, rusaknya mental generasi dan jauh dari ruh agama) dan merupakan tanggung jawab semu`, haruslah mampu menjawab dan membuktikanya dengan menyeleseikanya secara bersama di bawah naungan ”bhineka tunggal ika dan pancasila”serta di barengi rasa saling menghargai oleh masing-masing agama dengan kesadaran bahwa kedamaIan sebuah bangsa adalah tanggung jawab bersama dan seluruh rakyat IndonesIa .
Secara umum Dalam novel ini mencoba menggait minat baca para pemuda-pemudi Islam khususnya dan pemuda-pemudi pada umumnya Untuk menikmati karya fiksi sederhana ini untuk di ajak menyikapi persoalan kebangsaan dan globalisasi yang sebenarnya nyata, yang selama ini cukup halus membius, melenakan, dan menghipnotis mereka saat ini, dan membentuk karakter individualis akibat sibuk dengan live stylenya yang telah lepas kendali dari tuntunan agama dan budaya ketimuranya, dan di rasakan semakin jauh dari ruh agama, yang mengajarkan nilai universal, kesalehan socIal, juga ketaqwaan .
Dan Untuk menganalisa terhadap kompleksnya persoalan yang di ungkap dalam novel ini, penulis memberikan batasan secara khusus lebih menonjolkan pada internal Islam dalam konteks pemahaman Al-Qur’an dan hadist sebagai sumber ajaranya, sebagaimana penulis bertujuan secara khusus mengajak umat Islam untuk lebih memaknai esensi ajaran dari pada perbedaanya.
maka simbolik-simbolik dari alur yang di suguhkan untuk lebih menariknya di bumbuhi persoalan cinta yang merupakan sebuah symbol damainya kehidupan umat Islam dan seluruh warga indonesIa yang hidup saling berdampingan erat dengan berbagai macam adat-IstIadat leluhur yang di wariskan nenek moyang .
Penokohan dalam NOVEL ini menceritakan kisah seorang aktifis muda bernama farhan, yang dalam kehidupanya di warnai kisah cintanya dengan dua perempuan muslimah, yaitu Evida ( mantan pacarnya), dan Ameeda ( istrinya ) dan persahabatanya dengan seorang penganut agama nasrani yang bernama Santoso yang menjadi kawan farhan sewaktu di kampus. dan dua orang sahabat di waktu kecil yang mempunyai perbedaan Pandangan dalam agama mereka, di tambah sikap kolotnya, hingga masing-masing bersitegang dalam membela pendapatnya yang kemudIan menimbulkan konflik masyarakat secara umum, dan tidak bisa menyatunya kisah cinta kedua anaknya, mereka berdua adalah H. rosyid sebagai ayah farhan, dan H. Dr. Amin ayah Evida .
Karakter Farhan adalah Anak seorang tokoh agama dan dai tradisional yang mempunyai keberanIan dan sikap keras, tegas dan disiplin pemikirinya tentang Islam juga kritis dengan fenomena zaman, pada sisi lain Ia sangat memegang idealismenya sebagai aktifis di kampusnya, hingga Ia tidak begitu mempersoalkan urusan pribadinya seperti umumnya pemuda yang masa mudanya di warnai sebuah hubungan cinta .
Keidealismenya itu di tunjukanya dengan ketekunanya dalam mempelajari dinamika agama Islam dan ajaranya, dan diskusi tentang problem socIal rakyat, pluralitas agama dan budaya yang Ia sering lakukan dengan Santoso juga kawan-kawan mahasiswa lainya . sebagai aktifis juga sebagai presiden bem Ia cukup di perhatikan teman-teman sekampusnya, dan membuat iri bagi yang mengenalnya dan melihatnya, juga membuat banyak cewek di kampusnya mencoba meraih perhatIanya, memperebutkan hatinya untuk menjadi pacarnya.
Sebenarnya farhan juga mempunyai sosok perempuan idealisnya yang Ia sukai, namun Ia tak pernah tunjukan di kampus, Evida namanya, mereka berdua sangat berhati-hati dalam berkomunikasi, mereka cukup jaga jarak untuk urusan pribadi mereka berdua, karena mereka dulunya di smu adalah sepasang kekasih yang di pisahkan karena perbedaan aliran yang di anut kedua orang tua mereka yang sudah turun temurun dari kakeknya. Ayah Farhan yang seorang tokoh agama yang kolot dan tradisionalis di desanya, sangat bersebrangan dengan ayah Evida yang notabene seorang pengusaha yang selalu berhubungan dengan politikus dengan begron Islam modernis.
Suatu ketika terjadi aksi besar-besaran di Semarang yang farhan lakukan bersama Evida dan kawan-kawanya dalam menggugat kebijakan pemerintah daerahnya yang bernIat membangun sebuah mall di deket sebuah makam leluhur yaitu tokoh penyebar islam, dan di indikasikan makam leluhur itu nantinya akan di gusur. terjadilah hal yang tidak di inginkan dari aksi mereka itu bentrokan besar antara pendemo dan aparat yang di Bantu kelompok jamaah yang identitasnya di sembunyikan, aksi mereka di bubarkan paksa membuat para demonstran kocar kacir dan banyak yang terluka, dalam aksi itu jug Evida hilang tak di ketahui jejaknya dan untuk kedua kalinya memutuskan hubungan di antara mereka.
Pasca kejadIan itu farhan merasa kehilangan, dan penyesalan mendalam dalam dirinya, dan membuat hari-harinya berantakan, di tambah lagi Ia di persalahkan atas menghilangnya Evida oleh seorang yang menginginkan Evida jadi calon istrinya, dIalah umar faruq yang keturunan arab anak seorang pengusaha minyak dari timur tengah yang merupakan teman akrab juga menjadi rekan ayah Evida dalam urusan kerjasama IndonesIa dengan arab. dan kesempatan moment hilangnya Evida ini di gunakan umar faruk untuk mempertajam perseteruan aliran antara ayah farhan dengan ayah Evida . mereka tidak menyadari ternyata di balik semua itu ada kepentingan terselubung keluarga umar faruq kepada keluarga Evida dalam pengembangan aliran ayahnya umar faruq di indonesIa.
Dan lebih menarik novel ini di kisakan di pesantren dengan nuansa pesantren yang kental dengan tradisinya, dan kisah-kisah cinta di dalamnya yang di kemas apik dalam sebuah bahasa pesantren yang kental dengan bahasa tradisional, bahasa kitab, dengan pengupasan secara sar’I, hakiki, dan tasawufnya dengan bahasa cinta tokoh -tokoh sastra Islam yaitu jalaludin arrumi ataupun kitab -kitab karya para sufi imam ghozali, syech abdulil qodil jaelani dan di tambah pemikiran-pemikir ulama masa kini yaitu Abdulurrahman wahid, amin rais dan lain sebagainya.
Di tambah juga sedikit menyinggung persoalan perbedaan pandangan umat Islam dalam mendudukan masalah poligami yang sekaran ini ramai di perbincangkan juga problem nikah Beda agama, yang semuanya insya Allah akan terkupas dengan sederhana dan penulis ingin mencobanya.
Dan untuk menyempurnakan alur dari novel ini, penulis juga akan menggambarkan setting lokasi perjalanan para tokoh novel dari dimensi pedesaan, perkotaan, kampuis sampai pesantren.
Dan untuk ending pada novel ini di sempurnakan dan di perhalus oleh konflik socIal dan agama yang pada akhirnya tidak menjadi sebuah persoalan yang signifikan meskipun cukup menonjol sekali perbedaanya
TRUIMAKASIH BUAT MASUKAN, KRITIK DARI TEMEN-TEMEN BANYU NET, TEMEN PASCA STAIN, DAN SEMUA TEMANKU, YANG BUAT SAYA MAU BELAJAR NULIS, MESKIPUN TULISANYA MASIH BODREK, N BELUM BISA DI AKUI SEBAGAI KARYA TULIS....HEHEHEHE
[1] M. Yusuf Amin Nugroho, Ebook. fiqh ihtilaf NU –MUHAMMADIYAH, hal2.
[2] http://filsafat. kompasIana. com/2011/04/01/ironisme-agama-samawi-agama-ardhi/
[3] Dr. A. syafi’I Ma’arif. Muhammadiyah dan NU” Reorientasi Wawasan KeIslaman . LPPI UMY, LKPSM NU …. 1993
[4] M. Yusuf Amin Nugroho, Ebook. fiqh ihtilaf NU –MUHAMMADIYAH. hal
[5] Syekh Abdulul qodir al-jailani . tarjamah AL-FATHU ARROBANI, WAL-FAIDHU AR-RAHMANI . diva press2010. hal181
2 komentar:
lumayan......
siep,,,, lanjutkan,
Posting Komentar