Jumat, 30 Maret 2012

PENDAHULUAN
BAB I

a. Latar belakang
Nilai sebuah pendidikan bagi Islam, laksana sebilah pedang dan sarungnya. Saling melengkapi dan mendukung, bangsa Islam telah merintis jejak kepandaian yang dikagumi orang eropa. Pencapaian itu ialah sistem pendidikan khas bangsa muslim. Di abad ini, pendidikan telah menjadi harga mati untuk sebuah masa depan. Beragam sekolah-sekolah unggulan plus berlabel internasional standarisasi sebuah intelektualitas yang terjamin.
Jauh sebelum Albert Einstein ataupun Stephen Hawking lahir, sederetan nama-nama ilmuwan Islam salah satunya Ibnu sina. Peradaban Islam tidak menyulap orang begitu saja. Mereka lahir dari sekolah-sekolah Islam yang disebut madrasah. Talenta dan bakat terasah melalui nilai-nilai pemikiran pendidikan.  
Pada masanya Ibnu Sina telah memaparkan psikologi pendidikan. Di dunia barat pemikiran pendidikan anak baru dilakukan menjelang abad ke-18. Dietrich Tiediman (1787) merupakan orang pertama kali di dunia barat yang menyusun psikologi anak-anak. Kemudian disusul oleh buku Die Seele Des Kindes karangan Wilhelm Preyer (1882) baru setelahnya banyak para ahli pendidikan di barat mempelajari anak-anak melalui kajian ilmiah[1].
Rumusan Masalah :
a.       Jelaskan biografi Ibnu Sina secara singkat!
b.      Bagaimanakah pemikiran Ibnu Sina secara umum?
c.       Bagaimanakan pemikiran Ibnu Sina  tentang Pendidikan Islam?
d.      Jelaskan relevansi dengan pendidikan Islam sekarang ini!




PEMBAHASAN

a. Biografi Singkat Ibnu Sina
Ibnu Sina terlahir dengan nama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā.  Ia lahir pada tahun 370 (H) / 980 (M) di Afshana kota kecil dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia). Ayahnya, seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khorasan, dan pada saat kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh Ibnu Mansur, sekarang wilayah Afghanistan (dan juga Persia). Sejak kecil, banyak orang yang mengaguminya, sebab ia adalah seorang anak yang luar biasa kepandaiannya/Child prodigy, bahkan pada usia 10 tahun telah hafal al-Qur'an seluruhnya. Ia juga seorang ahli puisi Persia.
. Ketika berusia 17 tahun, ia telah memahami seluruh teori kedokteran. lalu ia diangkat sebagai konsultan dokter-dokter praktisi setelah ia berhasil mengobati Pangeran Nuh Ibnu Manshur. Ia juga pernah diangkat menjadi menteri oleh Sultan Syams al-Daulah yang berkuasa di Hamdan. Ia memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun. Dia merawat banyak pasien tanpa meminta bayaran. Di antara guru yang mendidiknya adalah Abu 'Abd Allah al-Natili dan Isma'il sang Zahid. Ia dapat lebih banyak belajar di perpustakaan istana, Kutub Khāna. Beragam ilmu pengetahuan yang ia pelajari dan kuasai termasuk di bidang filsafat. Namun, dalam mempelajari filsafat ini, terkadang ia memperoleh kesulitan. Ketika ia memasuki usia senja, ia pernah menyatakan kepada muridnya, al-Juzjani, bahwa sepanjang tahun yang dilaluinya ia telah mempelajari tidak lebih dari yang ia ketahui sebagai seorang pemuda berusia 18 tahun. Pengalaman Ibnu Sina mengajarkan kepada generasi sesudahnya bahwa masa muda amat menentukan keberhasilan seseorang. Di kota Isfahan ia mengabdikan kiprahnya sebagai seorang intelektual. Ibnu Sina wafat pada usia 58 tahun, tepatnya pada tahun 1037 M di Hamadan, Iran, karena penyakit maag yang kronis. Beliau wafat ketika sedang mengajar di sebuah sekolah.
Karya-Karyanya antara lain :
§ Al-Syifā', terdiri dari 18 jilid berisikan uraian tentang filsafat yang mencakup empat bagian, yaitu: ketuhanan, fisika, matematika, dan logika. Dalam kitab ini juga ditemukan beberapa pemikirannya tentang pendidikan.
§ Al-Najāt, merupakan ringkasan dari al-Syifa' yang ditujukan kepada para pelajar yang ingin mempelajari dasar-dasar ilmu hikmah secara lengkap;
§ Al-Qānūn fi al-Thibb (Canon of Medicine), berisikan tentang ilmu kedokteran yang terbagi atas lima kitab dalam berbagai ilmu dan berjenis-jenis penyakit dan lain-lain.
§ Al-Isyārāt wa al-Tanbīhāt, berisikan uraian tentang logika dan hikmah. Masih banyak karya-karya yang beliau tulis. Semua karyanya sekitar 250 karya yang diantaranya banyak berbicara tentang ilmu pengetahuan dan kesusastraan. Karyaa-karya ini sebagian besar berbahasa Arab, tapi ada sebagian kecil di antaranya berbahasa Persia, seperti Danishnamah 'ala'i (Buku ilmu pengetahuan yang dipersembahkan kepada 'Ala al-Dawlah). Buku ini merupakan karya filsafat pertama di Persia Modern

b.  Konsep Pemikiran Pendidikan menurut Ibnu Sina
1. Tujuan Pendidikan
 Ibnu Sina mengemukakan bahwa "pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti." Tampaknya tujuan ini bersifat universal. Selain itu harus pula diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup di masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.
2. Kurikulum Pendidikan
Ibnu Sina juga menyinggung tentang beberapa ilmu yang perlu dipelajari dan dikuasai oleh seorang anak didik. Dalam bahasa modern, pembagian ini dapat dikatakan sebagai kurikulum pendidikan  Pembagian ini dilakukan berdasarkan usia. Pembagian tersebut adalah :
a. Usia 3 sampai 5 tahun , diusia ini perlu diberikan mata pelajaran olah raga, budi pekerti, kebersihan, seni suara, dan kesenian.
1) Olah raga sebagai pendidikan jasmani. Menurutnya ketentuan dalam berolahraga harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia anak didik serta bakat disesuaikan dengan kebutuhan bagi kehidupan si anak.
2) Pelajaran akhlak/budi pekerti Pelajaran budi pekerti diarahkan untuk membekali si anak agar memiliki kebiasaan sopan santun dalam pergaulan hidup sehari-hari. Dimulai dari keluarga dengan keteladanan dan pembiasan secara berkelanjutan.
3) Pendidikan kebersihan
Pendidikan ini diarahkan agar si anak memiliki kebiasaan mencintai kebersihan yang juga menjadi salah satu ajaran mulia dalam Islam dimulai dari sejak anak bangun tidur, ketika hendak makan, sampai ketika hendak tidur kembali.
4) Pendidikan seni suara dan kesenian
Agar si anak memiliki ketajaman perasaan dalam mencintai serta meningkatkan daya khayalnya, jiwa seni perlu dimiliki sebagai salah satu upaya untuk memperhalus budi yang pada gilirannya akan melahirkan akhlak yang suka keindahan.
b. Usia 6 sampai 14 tahun Selanjutnya kurikulum untuk anak usia 6 sampai 14 tahun menurut Ibnu Sina adalah mencakup pelajaran membaca dan menghafal Al-Qur'an, pelajaran agama, pelajaran sya'ir, dan pelajaran olahraga
1) Pelajaran al-Qur'an dan pelajaran agama
Pelajaran al-Qur'an adalah pelajaran pertama dan yang paling utama diberikan kepada anak yang sudah mulai berfungsi rasionalitasnya. Pelajaran membaca dan menghafal al-Qur'an menurut Ibnu Sina berguna di samping untuk mendukung pelaksanaan ibadah yang memerlukan bacaan ayat-ayat al-Qur'an, agama Islam seperti pelajaran tafsir al-Qur'an, fiqih, tauhid, akhlak dan pelajaran agama lain-nya yang sumber utamanya adalah al-Qur'an.
2) Pelajaran keterampilan
Pelajaran keterampilan diperlukan untuk mempersiapkan anak mampu mencari penghidupannya kelak.
3) Pelajaran sya'ir Pelajaran sya'ir tetap dibutuhkan di usia ini sebagai lanjutan dari pelajaran seni pada tingkat sebelumnya. Ia berpendapat bahwa seni dalam syair merupakan sarana pendidikan akhlak.
4) Pelajaran olah raga Pelajaran
 Olah raga harus disesuaikan dengan tingkat usia ini.
c. Usia 14 tahun ke atas Di usia 14 tahun ke atas, Ibnu Sina memandang mata pelajaran yang harus diberikan kepada anak berbeda dengan usia sebelumnya. Ibnu Sina menganjurkan kepada para pendidik agar Mengarahkan untuk penguasaan suatu bidang ilmu tertentu (takhashshush/spesialisasi).
Di antara mata pelajaran tersebut dapat dibagi ke dalam mata pelajaran yang bersifat teoritis dan praktis. Hal ini dipengaruhi oleh pemikiran Aristoteles yang juga membagi ilmu secara teoritis dan praktis namun Ia  menambahkan berdasarkan ajaran Islam.
1) ilmu yang bersifat teoritis meliputi:
a) ilmu tabi'i, yang disebutnya dengan ilmu yang paling bawah, yaitu mencakup ilmu kedokteran, astrologi, ilmu firasat, tilsam, ilmu tafsir mimpi, ilmu niranjiyat, dan ilmu kimia;
b) ilmu matematika yang disebutnya dengan ilmu pertengahan, mencakup tentang ruang, bayang dan gerak, memikul beban, timbangan, pandangan dan cermin, dan ilmu memindahkan air;
c) ilmu ketuhanan, disebutnya ilmu paling tinggi, yaitu menuntut derajat kebebasannya dari materi, yang mencakup ilmu tentang cara-cara turunnya wahyu, hakikat jiwa pembawa wahyu, mu'jizat, berita gaib, ilham, dan ilmu tentang kekekalan ruh setelah berpisah dengan badan.
2) ilmu yang bersifat praktis, meliputi:
a) ilmu akhlak yang mengkaji tentang cara-cara pengurusan tingkah laku seseorang;
b) ilmu pengurusan rumah tangga, yaitu ilmu yang mengkaji hubungan antara suami dan istri, anak-anak, pengaturan keuangan dalam kehidupan rumah tangga;
c) ilmu politik yang mengkaji tentang bagaimana hubungan antara rakyat dan pemerintah, kota dengan kota, serta bangsa dan bangsa.
3. Metode Pembelajaran
Ibnu Sina juga memiliki beberapa konsep metode pembelajaran antara lain :
§  Metode talqi
§  Metode demonstrasi
§  Metode pembiasaan dan keteladanan
§  Metode diskusi
§  Metode magang
§  Metode penugasan
§  Metode targhib dan tarhib
c. Relevansi dengan Pendidikan Islam sekarang
Dari keempat pelajaran yang perlu diberikan kepada anak di usia 3 – 5 tahun, menunjukkan bahwa Ibnu Sina telah memandang penting pendidikan di usia dini. Hal ini relevan dengan konsep pendidikan modern yang dikenal dalam Sistem Pendidikan Nasional dengan istilah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) lalu Taman Kanak-kanak (TK).
Dari uraian pemikiran Ibnu Sina tentang konsep kurikulum yang ditawarkannya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Pertama, dalam penyusunan kurikulum hendaklah mempertimbangkan aspek psikologis anak. Kedua, kurikulum yang diterapkan harus mampu mengembangkan potensi anak secara optimal dan harus seimbang antara jasmani, intelektual, dan akhlaknya. Di usia dini, pendidikan akhlak harus lebih ditekankan. Pada usia remaja diseimbangkan antara apektif, psikomotor dan kognitif. Sedangkan di usia 14 tahun ke atas ditekankan pada pendalaman materi sesuai dengan keahlian yang ia mampu dan sukai. Artinya, diperlukan spesifikasi keilmuan sehingga ia ahli di bidang tertentu. Ketiga, kurikulum yang ditawarkan Ibnu Sina bersifat pragmatis-fungsional, yakni dengan melihat segi kegunaan dari ilmu dan keterampilan yang dipelajari sesuai dengan tuntutan masyarakat, atau berorientasi pasar (marketing oriented). Keempat, kurikulum yang disusun harus berlandaskan kepada ajaran dasar dalam Islam, yaitu al-Qur'an dan Sunnah sehingga anak didik akan memiliki iman, ilmu, dan amal secara integral. Kelima, kurikulum yang ditawarkan adalah kurikulum berbasis akhlak dan bercorak integralistik. Pentingnya pendidikan seni dan syair merupakan bukti bahwa Ibnu Sina memberikan perhatian yang serius terhadap pendidikan akhlak.
Ada empat karakteristik metode yang ditawarkan oleh Ibnu Sina, yaitu: pertama, pemilihan dan penerapan metode harus disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran; kedua, metode juga diterapkan dengan mempertimbangkan psikologis anak didik, termasuk bakat dan minat anak; ketiga, metode yang ditawarkan tidaklah kaku, akan tetapi dapat berubah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak didik; dan keempat, ketepatan dalam memilih dan menerapkan metode sangat menentukan keberhasilan pembelajaran.
Tampaknya, karakter ini masih tetap relevan dengan tuntutan zaman hingga saat ini. Itu artinya Ibnu Sina memang memahami konsep pendidikan baik secara teoritis maupun secara praktis sehingga pemikiran yang ia kemukakan tidak hanya berlaku pada masanya, melainkan jauh melampaui masa tersebut. Sedangkan materinya mengikuti kebutuhan zaman.

DAFTAR RUJUKAN

Ar Razi, Imam. Ruh dan Jiwa, Tinjauan Filosofis dalam Perspektif Islam. Risalah Gusti, Surabaya : 2000[1]

Jalaluddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1996
Nata, Abuddin. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Rajagrafindo Persada, Jakarta : 2003
Noer, Kautsar Azhari. Tasawuf Perenial, Kearifan Kritis Kaum Sufi. Serambi, Jakarta : 2003
Zuhari, Sejarah Pendidikan Islam. Bumi Aksara, Jakarta : 1992



































MAKALAH
PEMIKIRAN PENDIDIKAN IBNU SINA

Diajukan Sebagai Bahan Diskusi Mata Kuliah
 “Pemikiran Pendidikan Islam”
 
















PROGRAM PASCA SARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) TULUNGAGUNG010











[1] Jalaluddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1996, hal 136-138.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates