SARUSO
MENGGUGAT TUHAN.
Kata
–kata yang mungkin menyulut telinga ini panas dan membuat darah ini memanas, seolah
olah ingin melakukan pembelaan terhadap Tuhan, atAu merasa terhina karena yang
di sembahnya di katakana tidak adil , mungkin perlu bertanya pada diri kita, ketika
kita merasa emosi dengan orang-orang
yang melecehkan dan menggugat Tuhan kita , karena merasa ketidak adilan terjadi
pada dirinya, independensi dan keadilan tuhan tidak di ragukan lagi, semua
mahluk yang di ciptakanya merupakan apresiasi ketuhananya yang di kehendakinya
dan semuanya di berikan hak yang sama untuk memilih jalan hidupnya.
Persoalan
kecukupan hidup dengan rizki Tuhan yang di berikan kepada manusia pastilah
menjadi tanggung jawab tuhan dan dalam firmanya “sesungguhnya Allah akan
memberikan rizki bagi siapa yang di kehendakiNya”namun entah apa alasan
mereka sehinnga Tuhan harus di persalahkan dengan anggapan bahwa Tuhan tidak
adil dan memilih kasih terhadap orang-orang hidupnya lebih sejahtera, Tuhan
hanya memperhatikan orang-orang kaya , dan membiarkan orang-orang yang
melakukan dosa besar padaNya dengan memfasilitasi hidupnya dengan kemewahan, sedangkan
orang-orang yang hidupnya selalu berada di tempat ritualitas dan menyembahnya jauh dari hidup yang sejahtera.
Seseorang sa at mengalami depresi
tinggi dan mengalami guncangan yang sangat hebat karena sebuah masalah yang menurut dirinya
tidak mampu di seleseikanya, maka yang muncul dalam dirinya kata “menyerah”. sebuah gejolak jiwa yang
kemudian seseorang akan oleh masalah yang membuatnya jatuh tak bertenaga dan mengambil jalan pintas seperti halnya ia
akan lari dari masalah dengan cara
pintas dan berharap[ semua akan segera berahir, dengan melakukan hal-hal yang bisa membuatnya
merasa nyaman dan lupa akan masalahnya, atau juga sampai ia tidak kuat dan
mengambil inisiatif dan alternatif
mengahiri hidupnya. depresi kemanusiaan sering kali muncul dalam benak
dan fikiran seseorang ketika manusia telah lepas kendali dari control logika
dan fikiran jernihnya, tindakan – tindakan negative akan sering terjadi tatkala
seseorang sudah lepas kendali dan terkendali oleh fikiran bawah sadarnya , kejadian
– kejadian criminal dalam perilaku social banyak terjadi di sebabkan oleh
ketidaksadaran seseorang dlam mengambil keputusan yang kita bahasakan dengan
bahasa “khilaf”.
Pemaknaan khilaf sendiri sering di
artikan sebagai alas an manusia melakukan pembelaan atas kesalhan yang di
lakukanya “al insanu mahalul hotok wanisyan”manusia tempatnya salah dan
lupa”yang artinya manusia pada sisi kesalahan dan kelupaan merupakan kewajaran,
padahal Allah memberikan pedoman hidup berupa alquran sebagai petunjuk bagi
mereka, pemaknaan khilaf sebagai kelupaan dan kesalahan manusia haruslah di
urai kembali , yaitu pada sisi pemaknaan tempatnya salah dan lupa bukan lagi di
maknai bertempat , seolah manusia kalau salah , akan salah terus dan itu
syaitan ibaratnya , kalau benar selalulu benar , tidakkah ia malaikat. Jadinya. tentu saja kita harus mengembalikan
sisi kemanusiaan kita , bahwa manusia adalah mahluk Allah yang sempurna dan
lebih sempurna dari syaiton dan malaikat, sehingga pemaknaan “terkadang”akan
lebih tepat bagi manusia ketika ia lepas kendali dari petunjuk Allah yang di
berikanya sehingga ia seorang yang khilaf , kadang salah kadang ia lupa.
Dan
Kenapa gugatan terhadap tuhan itu
terjadi, sedang Tuhan dalam alquran pernah mengatakan”sesungguhnya Allah tidak
memberikan ujian pada hambanya melebihi batas kemampuanya”????
Dari janji itulah orang –orang yang
entah atas alasan apa mengatakan “Tuhan kenapa engkau membuatku menderita
???kenapa semakin hari hambamu ini tidak lagi engkau perhatikan dan semakin engkau
hadapkan pada jalan kesesatanku???
Saruso
menggugat
Suatu ketika hari itu setelah magrib seorang konco mampir
ke gubuk sang kyai ”ia seorang yang Berbadan
gagah, laki-laki yang namanya
sesuai dengan kegagahan tubuhnya, sebut saja sa-ruso (ruso dalam bahasa jawa
artinya kuat, bertenaga), entah apa yang membuatnya malam itu ia mampir dan ia
mengungkapan dengan dua tiga patah kata
yang selalu di ulang-ulang” kulo – sampun
– tobat ‘’beberapa kali ia mengungkapkan itu dan sang kyaipun jadi bingung dan
iba dengan gayanya yang baru yang cukup melas’’tak seperti dulu lagi yang
selalu berpolah sesuka dia. sang kyaipun bertanya , apa yang terjadi padanya, iapun
sedikit menahan air matanya jatuh , lagi-lagi
ia mengulang kata-kata itu-itu lagi, kyaipun bingung harus berbuat apa untuk
menenangkanya, ia datang seperti harimau yang terluka parah dan tak bertenaga ,
jalanya melemah, matanya berkaca –kaca dan seolah ingin meraung keras , bukan
karena kelaparanya , karena ia cedera oleh dirinya dan tak mampu mengobati
dirinya sendiri. KEMUDIAN SARUSO BERTANYA SOAL TAUBAT…DAN YAI pun menjawab ”yang
namanya tobat itu artinya kapok (jera) untuk tidak mengulangi perbuatan yang
dosa lagi, dan selalu memohon maaf dan istighfar pada Allah, jangan terlarut pada dukamu sehingga engkau
hanya meratapi kesalahanmu yang selalu
engkau tangisi, bangkitlah karena engkau masih di beri kesempatan untuk berubah.
tidakkah engkau tahu”Allah tidak akan merubah nasib sebuah kaum bila kaum itu
tidak mau merubahnya”. ternyata si saruso beberapa minngu yang lalu melakukan
tindakan bunuh diri dengan meminum obat pembasmi hama , namun naas apa yang di
inginkanya tidak seperti yang di kehendaki sang maha pemilik nyawa”ia tidak
mati dan masih hidup , malah yang terjadi dalam dirinya ia mendapatkan sakit di
livernya.
Sungguh tuhan maha kuasa, si saruso
yang yang telah meminum ibotol obat pembasmi hama tidak mati begitu saja , tuhan
masih memberi kesempatan padanya untuk memilih perjalanan hidupnya. sebelumnya
ia menggugat atas apa yang di limpahkan padanya dari tuhanya , perjalana
hidupnya cukup panjang dan pahit, dari kepulanganya di kampungnya, ia tak lagi
di terima keluarganya, perceraianya dengan istrinya dan harta warisan orang
tuannya yang telah habis dia jual untuk
kesenanganya, dan para aparat desa yang tidak lagi menerima dan membuatkan ktp
untuknya, entah sebesar apakah kesalahanya, hingga kampung halamnya tidak
menerima lagi dan untuk menjadi warga indonesiapun tak ia dapat, iapun pergi
dan menghabiskan hari-harinya di hutan sebelah kampunya, dari atas hutan ia dapat melihat kampungnya, ia
sendiri dan meratapi kesialan hidupnya, entah hari ini ia berada di mana dan
semoga Allah memberikan kekuatan kebenaran dalam hatinya.
Bila hidup ini yang memiliki tuhan dan
nyawa ini yang meng hak i hanya Allah, atas dasar apa seorang manusia
menggunakan caranya sendiri mengahiri hidupnya. sedang di sisi lain orang-orang
yang merasa mengetahui kebenaran hanya
menyimpulkan dan tidak mengambil hikmah atas hal itu, konon saat itu juga di
tetangga desa saruso ada orang mati bunuh diri tidak ada yang melawat, dan
tidak ada yang mensholati, para warga mengklaim bahwa orang bunuh diri itu
kufur tidak di terima Allah dan tak
pantas di doakan, dan mereka bersikap
demikian dengan alasan melakukan
pembelaan atas hukum yang di ciptakan Allah, dan atas dasar apa Allah butuh di
bela lo kang???karena tuhan maha kuasa dan tiada yang lebih perkasa selain
dirinya. untung saja saruso tidak mati waktu itu, mungkin kalo saja ia mati
nasibnya tak lebih mengenaskan lagi dan lebih parah lagi, mungkin jasadnya di
lempar ke jurang.
Tuhanlah yang memiliki dan menciptakan
seluruh alam dan isi jagad ini, jadi terserah ia mau mematikan dan mencabut
nyawa mahluknya Kita mengamati bangaimana Al-Qur’an menisbahkan pencabutan ruh .
Allah SWT berfirman, “Allah mencabut jiwa-jiwa ketika tiba
kematiannya. ” (QS. Az-Zumar: 42).
teringat
oleh pengajian seorang kyai di jawa timur”ia bertanya pada audiens pengajian
“mbok , kang orang itu mati karena apa
??? ada yang menjawab dengan lantangnya
“di tabrak truk”bunuh diri”nyangkut di rel kereta api, sakit dll. . . . sang
kyai hanya tersenyum”laiya lo kang kalo orang mati itu di tabrak truk kog ada
orang di tabrak truk tidak mati?? Lalu di sengak penonton”la kurang parah
nabraknya yai”setelah itu kyai itu menjawab”orang itu mati karena habis masa
nyawanya, habis masa berlaku masa tenggang nyawanya, dan di ambil nyawanya oleh
Allah dengan cara di tabrak truk, dan lain-lain. kalau yang menyebabkan
kematian seorang di pastikan dengan selain Allah, apakah ada tuhan selain Allah
yang menciptakan manusia???dan adakah yang lebih berhak atas nyawa ini selain
dariNya?
Kehidupan
semakin berkembang, begitu juga masalah kehidupan berkembangpesat, daripembunuhan,
pemerkosaan, penipuan, perselingkuhan dan lain-lain. dan perbuatan sampai yang di kemas dengan jabatan , taupun
di kemas dengan baju ibadah dan lain sebagainya. Karena manusia semakin cerdas,
membungkus segala sesuatu apapun yang tidak halal dan dosa dengan bungkus kado
yang mewah, koropsi di bungkus dengan jabatan dari lurah sampai menteri juga
presiden, ada juga yang membungkus diri dengan paranormal yang membius pasienya
dengan ampuhnya, ada juga yang membungkus dirinya dengan kopyah dan sorban . entah
bagaimana kita akan bisa menemukan dan menjumpai orang-orang di sekitar kita
seorang manusia yang di bungkus dengan kerendahan hati, kejujuran dan kesabaran.
mungkin orang akan menilai acuh akan hal itu, mana ada orang seperti itu, ada
juga memakai pepatah”kalo kita tidak makan duluan ya kita di makan orang”apakah
hukum rimba ini sekarang berlaku?apakah hukum dan norma agama juga sosial hanya jadi baju luarnya
saja, dan ternyata isinya tak lebih dari
srigala bertubuh manusia. yang haus dan lapar dan saling membunuh sesamanya.
Segala
apa yang terlihat di dunia ini realitasnya
hanyalah sebuah bungkusan saja / kenasan saja, yang mengemas sebuah esensi atau sesuatu hal
yang tak tampak tapi nyata. seperti halnya Allah berfirman “dunia ini adalah
sekedar bayang – bayang semu, dan senda gurau”namun semua itu di ciptakan untuk
bias saling melengkapi, manusia di ciptakan dengan di bungkus jasad,
Sepertinya
terlalu dalam membincangkan hal ini, , TAPI
BILA BERTANYA , SEDALAM APAKAH?apakah dapat di ukur?dengan alat ukur
apa?dan di lihat dengan alat apa untuk membuktikanya?
Mari kita coba menguak diri kita
sebenarnya , Kalo kita di ciptakan oleh Allah di bekali dengan indra, maka bisa
melihat sesuatu itu tampak dengan mata, terdengar oleh telinga, tercium oleh
hidung, dan terasa kasar dan halus oleh tangan yang meraba, dan merasakan manis
, asin , pahit, dengan lidah kita. namun
berbeda dengan apa yang sewajarnya kita tadapat lakukan dengan semua itu, kita juga
di anugerahi akal, untuk berfikir logis dan mengambil keputusan hidup, namun
akal kadang merasakan capeknya berfikir, semangatnya mencari celah, dan
merencanakan . dan kita di anugerahi “hati”ia dapat merasa , mengolah karsa, memilih
, meskipun ia selalu di tentang oleh akal, ole indra-indra kita.
Dianugerahi syahwat untuk menggerakkan tingkahlaku (Q/3:14) : "Dijadikan indah
pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). , "
Sebenarnya kita masih mempunyai
anugrah yang istimewa, yaitu hati kita di lubuk yang paling dalam dari diri
kita, meskipun sering kali membolak-mbalikan kita dalam kebingungan, dan juga
kita di anugerahi Nurani yang merupakan subsistem kejiwaan manusia. Menurut Al Qur'an, manusia
dianugerahi akal untuk berfikir dan memecahkan masalah, dianugerahi hati untuk memahami realitas
(Q/22:46) : "Maka apakah mereka tidak
berjalan di muka bumi, lalu mereka
mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga
yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu
yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. ,
Kita dianugerahi nurani untuk meluruskan yang bengkok, membersihkan yang kotor dan untuk introspeksi
terhadap apa yang ada dalam jiwa kita, (Q/75:14-15)
: "Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya. "
. Jika hati manusia masih bisa diajak kompromi, membantah, mengingkari, mencabut pernyataan dan mencari-cari alasan
pembenar, hal itu memang sesuai dengan
tabiatnya. Dalam Al Qur'an, hati disebut dengan nama qalb yang mempunyai
arti bolak-balik. Ungkapan bahasa Arab berbunyi; summiyat al qalbu qalban
litaqallubihi artinya hati dinamakan qalbu adalah karena tabiatnya yang bolak
balik. memiliki tabiat tidak konsisten, suka berdalih dan mencari-cari alasan pembenar.
Nurani bagaikan kotak hitam (black box) di dalam hati, sebagai sub sistem yang bekerja secara
konsisten terhadap kebenaran dan kejujuran. Hati boleh mencari-cari dalih pembenar, akal boleh membuat rumusan yang logis
membenarkan dirinya, tetapi nurani tetap
konsisten membisikkan bahwa yang salah tetap salah, dan yang benar tetap benar. Dalam Al Qur'an, nurani disebut dengan nama bashirah, (Q/75;14-15) yang mengandung arti pandangan
mata batin sebagai lawan dari pandangan mata kepala. Bagi orang yang nuraninya sehat, pandangan mata hatinya lebih tajam menembus
dimensi ruang dan waktu, berbeda dengan
mata kepala yang sangat terbatas jangkauan pandangannya. Bagi orang yang mata hatinya buta, maka ketajaman penglihatan mata kepala tidak
banyak membantu menemukan kebenaran (Q/22:46). Imam Gazali memisalkan hati
nurani dengan kaca cermin. Bagi orang
yang bersih dari dosa, maka nuraninya
bagaikan cermin yang bening, sekecil
apapun noda di wajah, segera akan nampak
di cerminnya. Adapun orang yang suka
melakukan dosa kecil, maka nuraninya bagaikan
cermin yang terkena debu. Ia bisa menggambarkan wajah, tetapi noda-noda kecil tidak nampak. Sedangkan orangyang biasa melakukan dosa besar,
maka nuraninya gelap, seperti cermin yang tersiram cat hitam. Hanya
sebagian kecil dari cerminnya yang bisa digunakan untuk bercermin, oleh karena itu pelaku dosa besar tidak pernah
merasa dirinya bersalah, karena cermin
hatinya tidak bisa menampakkan apa-apa. Selanjutnya Al Ghazali memisalkan
nurani orang yang mencampuraduk perbuatan baik dan perbuatan dosa dengan cermin
yang retak. Cermin yang retak tidak bisa menggambarkan wajah secara benar, hidung bisa nampak dua, mata menjadi empat, mulut menjadi menceng dan sebagainya, sehingga orang yang seperti itu selalu kacau
dalam memandang kebenaran dan kesalahan, tidak bisa obyektif dan biasanya memiliki
kepribadian yang pecah (split personality). Bagaimana caranya menghidupkan
nurani?secara umum jawabannya adalah menjauhi perbuatan dosa, baik dosa kepada Tuhan maupun dosa kepada
manusia, karena perbuatan dosa merupakan
daki yang mengotori cermin hati. Secara
lebih spesifik, sebagai terapi, berdoa di tempat suci , di Multazam misalnya juga dapat menjadi
shock therapy terhadap hati nurani. Mengapa di Ka`bah banyak orang bisa menangis
tersedu-sedu, karena disana ia tidak
bisa tidak kecuali harus jujur kepada Tuhan. Di sana terbayang semua kesalahan yang pernah
dilakukan tanpa sedikitpun bisa mencari-cari alasan pembenar. Jika psikologi
schok therapy ini berhasil dipertahankan lama, maka selanjutnya nuraninya akan hidup, dan itulah yang disebut haji mabrur. Berakrab-akrab dengan problem kemanusiaan juga
bisa menajamkan nurani. Orang yang
selalu bergelut langsung membantu kesulitan orang kecil, rakyat kebanyakan, maka nuraninya sedikit demi sedikit akan
bercahaya. Hatinya menjadi lembut, rasa syukurnya meningkat. Ia akan memiliki kepekaanyang kuat terhadap
hal-hal yangberdampak buruk kepada kehidupan riil manusia. Apa hubungannya
dengan menghidupkan nurani? Sudah barang tentu ada hubungannya, karena orang kecil relatif jujur, maka menyayangi orang kecil bermakna
menggosok-gosok kejujuran, dan hal itu
mendatangkan rahmat Tuhan. Sayangilah
yang dibumi, niscaya kalian akan
disayang Tuhan, irhamu man fi al ardhi
yarhamukum man fi as sama. Demikian
firman Allah dalam hadis Sungguh telah jelas Allah memberikan penjelasan
terhadap kita namtn barang
Sesungguhnya. . .
Mendemo
Tuhan
Nikmat
yang Allah berikan kepada kita sangat banyak. . . Mulai dari nikmat kita jadi
manusia. . . nikmat hidup, nikmat
mempunyai organ tubuh yang lengkap, seperti bernafas, melihat, mencium, mendengar dsb. . . Sehingga kalau kita
menghitungnya satu persatu, maka kita tidak mampu mnghitungnya. . . Karena
begitu banyak nikmat Allah yang diberikan kepada kita, seperti dalam firmannya:
" . . Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, maka kamu tidak dapat menghinggakannya. . "
(QS. 14:34)
Di zaman modern ini semua bebas
mengexspresikan dirinya, semua terfasilitasi, sampai
0 komentar:
Posting Komentar